Review Film Wedding Agreement, Dilema Sebuah Pernikahan

KabareTegal.com – Apa arti sebuah pernikahan yang didasari karena perjodohan? Sebuah dilema memang, apalagi kalau sudah kadung menjalin hubungan dengan orang lain yang sangat dicintainya. Zaman sekarang sudah bukan zaman Siti Nurbaya, tapi toh tetap ada perjodohan karena orangtua tentu tetap menginginkan jodoh yang terbaik buat anaknya.

 

Adegan awal sebuah pernikahan yang meriah. Semua orang tampak begitu sangat bahagia cerah ceria. Tapi ada sesuatu yang beda dari pengantin lelakinya Byantara Wicaksana (Refal Hady) yang sebelum foto bersama tampak memegangi cincin perkawinan dan pada saat foto bersama wajahnya tak terlihat bahagia seperti lainnya. Adapun, pengantin perempuannya Btari Hapsari (Indah Permatasari) tampak tak terlalu dekat dengan sang pengantin lelaki yang menjadi pasangannya, dan lebih dekat dengan keluarganya sendiri.

 

Setrelah itu adegan yang menjadi kunci film ini, Tari yang tidak menyangka pernikahannya jadi mimpi buruk. Hari pertama tiba di rumah Bian, suaminya, Tari langsung dihadapkan pada perjanjian pernikahan yang isinya mengatakan bahwa mereka akan bercerai dalam waktu satu tahun. Bian berencana menikahi Sarah (Aghniny Haque), kekasihnya. Bian melakukan pernikahan hanya demi bakti kepada orangtua. Tari tidak menyerah, ia mencoba mengambil hati Bian. Namun sekuat apa pun Tari mencoba, selalu ada Sarah di antara mereka.

 

Film ini sangat menarik dengan menyelipkan banyak pesan keagamaan dengan ringan, seperti pada adegan saat Tari menyuruh Bian untuk sholat subuh di masjid bareng dengan pakdenya yang diperankan Mathias Muchus. Karena lelaki memang sebaiknya sholat subuh di masjid, sedangkan kalau perempuan tidak dianjurkan. Sehingga saat Bian menolak, Tari langsung mengatakan apakah kau muslim atau muslimah?

 

Akting Refal Hady kian matang dengan karakter keangkuhan dan kekerasan hatinya. Ia tampak melebur diri dalam karakter Bian yang dilakoninya. Tanpak seperti menjadi penyempurna dalam akting yang prima di film Galih dan Ratna (2017).

 

Sedangkan, Indah Permatasari tampak masih dalam “berusaha” lebur dengan karakter Tari yang diperankannya. Semestinya Indah memperlihatkan sosok keikhlasan karena dianiaya secara psikologis dengan suaminya, yang kalau itu dilakukan bisa merebut simpati penonton dengan baik.

 

Pemain lainnya, Ria Ricis yang berperan sebagai pemanis menjadi Ami, temannya Tari, bahkan bisa sebagai penyegar suasana dengan dialog-dialognya yang penuh canda. Sehingga menjadi warna dalam film ini.

 

Sedangkan, Mathias Muchus sebagai Pakde berpasangan dengan Ria Irawan sebagai Bude cukup mencuri perhatian penonton dengan kisah masa muda mereka yang pernikahannya sama-sama dijodohkan. Yang mengharukannya tentu karean pasangan Pakde-Bude itu yang tak dikarunia anak sehingga menganggap Tari sudah dianggap seperti anak sendiri.

 

Tayangnya film ini menyemarakan Hari Raya Idhul Adha, sebenarnya moment yang tepat karena paska hari raya qurban itu adalah musim kawin, dimana banyak orang yang memang melangsungkan pernikahan. Film ini bisa menjadi kado pernikahan pada musim kawin.

 

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :