Cipok Budaya di Homebase Teater Gemblong, Desa Dermasandi, Pangkah, Kab. Tegal

KabareTegal.com, Pangkah, Tegal, 3 November 2019 – Agenda ngebyak CIPOK atawa “moci karo ndopok” di homebase Teater Gemblong Desa Dermasandi, Pangkah, Kab. Tegal, tentang Dramaturgi Kita. Menghadirkan narasumber Joko Suciyanto dengan moderator Seful Mu’min. Tradisi CIPOK Teater ini telah dimulai pada Oktober 2019 bertempat di UPS Tegal dengan narasumber Zakaria Mameth Tegong dramawan kelahiran Balaradin Lebaksiu Kab. Tegal, sutradara Teater K-1 Jakarta mengupas Realisme. Kegiatan ini akan dilaksanakan secara berkala dengan tema berbeda.

 

Joko Suci mendedahkan sejarah dramaturgi: kecenderungan, penggeraknya dan dinamikanya bagi pertumbuhan perkembangan teater di Slawi, Tegal. Joko yang malang melintang dalam jagat teater sejak di Teater Peron UNS Solo, aktif sebagai sekretaris Dewan Kesenian Kab. Tegal, pendiri Teater Lintang dan sekarang ngebyak sebagai guru dan pembina teater di SMA N Dukuhwaru mengajak para pegiat teater untuk menggali berproses menemukan dramaturginya sendiri dengan tidak menafikan referensi dramaturgi sebelumnya.

 

Apito Lahire dramawan, monologer handal menyebut 4 tahapan dramaturgi yakni gagasan, menulis naskah, mementaskan, dan menonton merupakan konsep kerja kreatif yang mesti harmoni, intens, penuh kepekaan dengan kontekstualitas, energi, spirit. Maka kelompok teater di Slawi dan Tegal mesti aktif bersilaturahmi, membaca, menyimak, dan berani ngebyak (baca: berproses kreatif berkesinambungan) menulis naskah sendiri serta memanggungkannya sebagai wujud pertanggungjawaban kreatif.

 

Rudi Iteng sutradara Teater Qi memaparkan bahwa teater tradisi Indonesia sangat mempengaruhi karakter teater Indonesia. Sedangkan penyair Bontot Sukandar membicarakan betapa pentingnya jaringan antarkelompok teater agar terpantau

pemetaan karakter dan kekokohan dramaturginya. Sementara Dyon Dyonk teaterwan alumni Teater Unstrat UNY Yogyakarta memotivasi kita agar terus berlatih dan berproses tanpa beban teori, yang penting berkarya berpentas sebagai usaha tak jemu-jemu mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Sang Maha Sutradara.

 

Gus Mi atau Moch. Miroj Adhika  penyair yang sempat dijuluki si burung Wambie dan Ketua Komite Sastra Teater Dewan Kesenian Kab. Tegal juga hadir bersama Ken putranya ikut memantau intens diskusi ini, bersemangat walaupun setengah jam sebelum acara dimulai hujan sempat turun. Sementara Julis Nur Hussein, walaupun tidak hadir karena mencarikan obat ibunya yang sedang sakit melalui whatsapp dan facebook ikut memantau dan berkirim opini lewat Faozan Suwage mempertanyakan dramaturgi yang bagaimanakah yang harus dijadikan standar kajian?

 

Apas Khafasy, yang membaiat diri sebagai si manusia nol menohok dengan kalimat bahwa dramaturgi ya latihan, tidak terlalu memikirkan apakah mau pentas karena pentas juga latihan. Dramaturgi dianalogikan sebagai akronim turunan kidul, katanya.

 

Sebuah tradisi berpikir, diskusi penuh arti sedang dimulai para pegiat teater di Slawi dan Tegal. Mereka membangun rumah silaturahmi lewat gagasan penciptaan, real konsep dan mendekatkan jaringan antarteater. Tentu saja acara Cipok Budaya ini berlangsung hangat dan penuh pemikiran karena hampir seluruh pegiat seni teater di wilayah Slawi dan Tegal hadir.

 

Mereka yang hadir Bontot Sukandar, Apito Lahire, Gus Mi, Wahyu Ranggati, Apas Khafasy, Lanang Setiawan, Faqih Khoerul Umam, Gemblong Sindycate yg dimotori Faiz Gemblong, Faozan Suwage, Yaskur Parondina, Lentera Langit, Afif Gandrung, para teaterwan muda dari SMA N 3 Slawi, SMA N 2 Slawi, SMA N 1 Kramat, SMK Muhammadiyah Kramat, SMA N 1 Pangkah, Teater Cengkir, Teater Genting, dan ngebyaker teater lainnya. Kegiatan ini dimulai sejak pukul 3 hingga 7 malam.

 

Menurut kesepakatan CIPOK Teater selanjutnya akan dihelat pada 1 Desember 2019 yang akan mengambil tema Penulisan Naskah Lakon dan direncanakan bertempat di Teater Qi Kota Tegal.

 

“Salam ngebyak, bongkar isian, laka mandege…

CIPOK laka rugine….

Ngebyak teatere, bodin kacang boled pacetane…

Teh poci buket, kopi luged disanding, disruput ilmune….

Oke wa, ” ucap Apito Lahire, dramawan handal dari Tegal, di akhir kegiatan Cipok Budaya seperti bermantra puisi.

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :