KabareTegal.com, Slawi – Teater Cebong merupakan teater kampus yang terus berbenah demi kemamajuan dan kemapanan. Mereka intens mengadakan pelatihan teater bagi anggotanya yang rata-rata baru berkecimpung di bidang perteateran. Kalaupun ada yang telah mengenyamnya maka itu dilakukan saat mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas atau kejuruan dan itu jumlahnya sangat kecil.
Baru-baru ini Teater Cebong yang merupakan bagian dari Unit Kegiatan Mahasiswa Institut Agama Islam Bhakti Negara (IBN) Slawi dulu namanya STAIBN Slawi, menggelar workshop Manajemen Teater dengan mengambil tema “Wayahe Netesena Endog”. Mereka menggarap kegiatan ini dengan serius terbukti beberapa nama familiar di jagat perteateran Tegal mereka hadirkan sebagai nara sumber. Kegiatan ini digeber selama empat hari dengan pola sehari satu materi. “Iyah. Kami pakai pola sehari satu materi agar materi yang kami dapatkan benar-benar matang dengan di akhiri praktikum”, tutur Imam Cebong selaku Ketua Panitia di auditorium Kampus IBN Slawi.
Materi yang dipilih bersegmen basic skill dengan tujuan peserta mampu menyerap kemudian menerapkannya usai penyajian dari nara sumber. Materi yang disajikan diantaranya Penulisan Naskah Lakon, Penokohan, Penyutradaraan, dan Penataan Artistik. Diantara nara sumber yang diundang Julis Nur Hussein, penyair dan praktisi teater ini didapuk memberikan materi Penokohan. Hal mendasar yang disampaikannya adalah penokohan tidak bisa dilepaskan dari karakteristik yang dikonsep secara elegan oleh penulis lakon. Lebih jauh disampaikan bahwa peran imajiner yang liar dari pemain sangat dibutuhkan untuk menemukan “sosok” yang pas dari tokoh yang dimainkan. Cara lainnya untuk menemukan ruh tokoh cerita, maka pemain harus melakukan langkah-langkah detail seperti penggalian atau observasi terhadap sosok kehidupan yang persis atau mendekati kriteria penokohan sebagaimana digambarkan pada naskah lakon.
Terhadap pertanyaan “bagaimana agar saya bisa melakoni tokoh dengan baik sementara suasana batin saya kontradiksi dengan karakter tokoh yang hendak saya mainkan?”. Dengan cekatan Julis menjawab lakukan “Transfer of emotion”, karena manusia tentu pernah mengalami hal yang dahsyat dalam kehidupannya baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Sebab dengan begitu akan tercipta laku dramatik yang wajar dan alami, tidak berlebihan dan tidak juga dibawah takaran. Julis juga menyampaikan beberapa hal termasuk teknik menulis dan memainkan lakon untuk ajang lomba. Pada bagian akhir penyampaiannya Julis mempersilahkan peserta untuk maju mengimplementasikan sosok peran yang dikonsep secara imajiner oleh masing-masing peserta dan atau kelompok. Mereka pun dengan responsif mewujudkan praktik kecil bermain peran dengan dialog-dilog kecil yang dikemas spontan, sederhana namun bersahaja dan mengena.
Sementara Rudi Iteng yang baru saja sukses bersama kelompoknya Teater Qi Tegal memainkan lakon Langkah Kardinah, diberi amanah untuk menyampaikan materi Penyutradaraan. Dalam paparannya Rudi yang memiliki ciri khas kepala plontos kurang lebihnya menegaskan bahwa penyutradaraan terbaik memang harus lahir dari tiap-tiap individu saat memainkan tokoh yang diperankannya, dan yang jelas hal itu tidak lari dari gagasan atau konsep yang diarahkan Sutradara berdasarkan naskah lakon yang terpilih. Diakhir penyampaiannya, Kang Rudi menekankan bahwa masyarakat teater menunggu gebrak hebat dari teman-teman Cebong mewujudkan pementasan sederhana tetapi dikemas dalam konsep teater modern. (Julis & Sekhu)