Di Usia Senja, Masaat Tetap Semangat Jualan Mainan Anak-Anak

KabareTegalcom, Jakarta – Usia senja tak halangi Masaat untuk tetap semangat berjualan mainan anak-anak. Meski jualannya barang berbahan limbah kayu sisa produksi pabrik, Masaat tetap optimis mampu bersaing dengan produk barang berbahan plastik. Bahkan ia masih terobsesi punya pabrik mainan anak-anak yang bahannya dari limbah kayu yang tak terpakai agar berdaya guna.

 

“Saya berjualan mainan anak-anak sejak tahun 1977, “ kata Masaat, penjual mainan anak-anak kepada KabareTegal di toko jualannya Jl. Pasar Minggu Raya, Jakarta Selatan, Jumat (13/12/2019).

Lelaki kelahuran Serang, 3 Januari 1942 itu membeberkan toko jualannya telah mengalami banyak perubahan dari tahun 1977 sampai sekarang. “Dari mulai toko punya halaman yang cukup luas sampai adanya trotoar dan mengalami pelebaran jalan, “ bebernya.

 

Mengenai harga barang jualannya, lanjut Masaat, juga mengalami banyak perubahan dari zaman dulu sampai sekarang. “Zaman dulu kincir angin tahun 1977 harganya 400 rupiah, kemudian tahun 80-an harganya naik 4 ribu rupiah, setelah itu krismon naik lagi 40 ribu sampai sekarang, “ ungkapnya.

 

Masaat menyebut awalnya ia iseng-iseng membuat kincir dengan modal kecil sekitar 80 ribu rupiah. “Dari situ banyak orang pesan untuk jualan di Jakarta Fair yang dulu masih bertempat di Monas, tapi sekarang Jakarta Fair sudah pindah di Kemayoran, “ paparnya.

 

Setelah banyak pesanan, Masaat memberi modal pada orang Karawang untuk membuat kerajinan mainan anak-anak, yang dimulai dari kincir angin dan kemudian berkembang mobil-mobilan, truk, kereta api, bajaj hingga busway. “Dulu banyak sekali yang bikin mainan anak-anak dan kita tinggal yang menjual di toko ini, tapi sejak krismon yang membuat mainan anak-anak jadi berkurang sehingga kita jadi kesulitan mendapatkan barangnya, “ ujarnya.

Masaat berharap ada yang memberinya modal agar ia bisa membuat pabrik mainan anak-anak. “Masalahnya saya tidak punya agunan, jadi sampai sekarang kita tidak mendapatkan modal dari bank yang mewajibkan pinjaman harus punya agunan, semoga nanti ada kemudahan mendapatkan modal,“ harapnya.

 

Setiap hari, kata Masaat, tetap ada saja orang yang berminat membeli dagangannya. “Alhamdulillah, tiap hari ada saja yang membeli dan semuanya dicatat dalam buku ini,  “ tuturnya tampak tekun mencatat semua penjualan di buku transaksi penjualannya.

 

Masaat juga berharap orang-orang tetap berrminat membeli barang mainan anak-anak yang terbuat dari limbah kayu ini. “Karena dengan memanfaatkan limbah kayu dari pabrik yang sudah tidak berguna menjadi berguna untuk mainan anak-anak ini jadi kayu bisa terpakai semuanya, “ pungkas Masaat sumringah.

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :