Warung Sate Mendo Kemronyos ‘Messi Rizquna’: Joss Gandos Mak Nyooss Lebih Banyak Dagingnya

Sate adalah makanan yang populer di Indonesia. Makanya jangan heran jika setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas rasa satenya. Jika ada acara-acara besar, pasti ada sate dalam deretan menu makanannya. Yah, magic kelezatan Sate yang  melegenda di Tanah Air berkat transformasi kuliner oleh pedagang muslim Tamil dan Gujarat sejak abad ke-19 Masehi memang begitu masyhur oleh sebab itu sate termasuk salah satu makanan terlezat di dunia.

 

Siapa yang tak kenal makanan sate? Ada sate ayam, sate kambing, juga sate sapi. Bahkan ikan pun bisa dibuat sate lilit yang khas di Bali. Ada juga sate kelinci yang mulai dikenal masyarakat. Sate juga ada di berbagai negara. Ada yakitori di Jepang, brochete di Perancis, dan chuanr di Tiongkok. Di Malaysia dan Thailand pun juga ada sate. Sate memang makanan yang sangat populer, terutama di Indonesia.

 

Karena kepopulerannya itulah  banyak orang kemudian melakukan terobosan-terobosan untuk membuat kelezatan sate menjadi lebih sensasional dan memiliki ciri nan citarasa yang membuat orang ketagihan.  Hal demikian itulah yang dilakukan pasangan Ust. Maesur dan Ibu Rusini terhadap makanan Sate di warungnya.  Pria asli Tegal yang beristrikan wanita Kebumen itu terbilang cukup berani melakukan terobosan dalam memulai usaha warung sate, padahal bidang ini baru ditekuninya sejak setahun terakhir ini.

 

Namun berkat keberaniannya yang penuh perhitungan, usaha warung sate yang diberi nama “Sate Mendo Kemronyos Messi Rizquna” di Jalan Anoa  No. 6 Trayeman, Slawi, tepatnya  50 meter arah Barat dari Perempatan Pasar Trayeman selalu ramai dikunjungi pembeli.  “Alhamdulillah, setiap hari bisa laku 1000 hingga 2000 tusuk. ini jumlah rataan,” kata Ust. Maesur kepada Kabare Tegal, Jumat (27/12/2019

 

Saat ditanya kira-kira apa yang membuat  orang ketagihan untuk selalu datang ke Warung Sate miliknya?  Pria jebolan Ponpes Lirboyo Kediri ramah yang juga sebagai guru ngaji itu dengan teman memberikan jawaban, “Biar jangan jare-jare, panjenengan kami tunggu di Warung Sate Mendo Kemronyos Cabang 2 kami yang di Lemahduwur Adiwerna.”

 

Ust. Maesur memang sungguh jenpolan. Karena dalam waktu hanya setahun warung sate itu sudah buka cabang. Allohuakbar!! Sangat dahsyat untuk sebuah perkembangan usaha dengan banyaknya pesaing di sekitarnya.

 

Di suatu sore yang basah akibat hujan, Julis dari KabareTegal pun bertandang  ke Warung Sate Mendo Kemronyos Cabang 2 di Jalan Raya Lemahduwur  No. 6,  tepatnya 300 meter sebelah utara (barat jalan) dari Exit Tol Adiwerna, memenuhi undangan sang pemilik warung. Sampai di sana keadaan warung begitu sangat ramai pengunjung, beberapa mobil dan belasan sepeda motor terparkir di depan. Ya, Warung Sate Mendo Kemronyos Cabang 2 ini memang lebih besar dari yang di Trayeman Slawi, dan berada di lokasi yang sangat strategis serta area parkir di sini pun cukup luas.

 

Memasuki warung Kabare Tegal langsung disambut ramah para pelayan dan dipersilahkan duduk di deretan kursi-bangku belakang yang masih kosong. Sambil menunggu sang pemilik penulis mencermati keadaan sekitar warung. Kondisi warung yang bersih, cat tembok hijau muda dengan banner besar berisi nama makanan dan harganya tertempel di sana. Ada juga bilik kira-kira berukuran 3 x 3 meter ada sajadah tergelar dan sarung-mukena tercantel. Sesaat kemudian pelayan datang menyodorkan nampan dan mangkok berisi sate yang masih panas kemronyos dengan mengepulkan aroma nan menggoda, sop dengkil, semur dengkil, sop balungan, gulai, tongseng dan tengkleng menebarkan aroma rempah dan jeruk nipis sungguh menggoda selera untuk segera menyantapnya.

“Ini Tengkleng. Menu spesial Warung Sate Mendo Kemronyos selain Tongseng. Silahkan dinikmati, semua harus dicicipi biar tidak katanya-katanya,” suara perempuan dari arah belakang, yang ternyata Ibu Rusini si pemilik warung didampingi Ust. Maesur suaminya.

 

Senyum ramah sumringah menambah kelezatan setiap menu makanan yang telah terhidang.

“Karena saran dan permintaan pelanggan, kami akhirnya buka cabang 2 ini. Alhamdulillah bisa buat menampung rombongan, ” Ust. Maesur menambahi.

Lalu lalang para pelayan melayani para pembeli  menambah ghirroh Warung Sate Mendo Kemronyos sore itu.

 

Jadi ini rahasianya? Selain harga miring (lebih terjangkau) dibanding warung sate yang lain, satenya juga benar-benar kemronyos (remah, renyah, empuk dan gurih) dan lebih banyak dagingnya serta tentu saja menu spesial –Tengkleng dan Tongseng– yang benar-benar nendang dan dahsyat kelezatannya.

 

“Datang ke Warung Sate Mendo Kemronyos adalah pilihan bijak. Harga lebih terjangkau, kualitas joss gandos!! Kami sangat dimanjakan dengan  varian menu dengan harga sangat  bersahabat dan sangat lezat,”  ujar Ibu  Sumi Asih (56 tahun) pelanggan asal Margasari yang datang berombongan ketika diminta testimoninya.

Dengan tangan-tangan terampil dan daging kambing muda (di bawah lima bulan) yang masih segar bukan friseran. Maka lahirlah citarasa makanan yang hebat dari bahan serba kambing di warung sate ini.

 

Daftar Makanan dan Harga di Warung Sate Mendo Kemronyos Messi Rizquna :

– Sate 20 tusuk                       : Rp 80.000,-

– Tongseng                              : Rp 25.000,-

– Sop Dengkil                         : Rp 20.000,-

– Semur Dengkil                    : Rp 20.000,-

– Garang Asem                       : Rp 15.000,-

– Sop Balungan                       : Rp 15.000,-

– Sop Ayam                               : Rp 15.000,-

– Gulai                                         : Rp 15.000,-

– Nasi Putih                             : Rp   5.000,-

 

Selain itu tersedia juga aneka minuman dari es teh tawar hingga teh poci gula batu, minuman legendaris masyarakat Tegal, yang kisaran harganya dari 2000 ribu sampai 10.000 ribuan. (Julis)

#InfoUsahaBisnisTegal
#KabareTegal
#TegalKitaKeminclongBersama

Penulis : Julis Nur Hussein

Editor : Akhmad Sekhu

Sumber : Kabare Tegal

 

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :