Para pengusaha warteg patut bangga pada Ir. Mukroni, Pendiri dan Penasehat Koperasi Warteg Nusantara (Tahun :2011-Sekarang) yang kemudian sekaligus menjabat sebagai Ketua Umum Warung Nusantara (Kowantara) (Tahun :2012-sekarang). Melalui Kowantara yang dipimpimnya, ia memang memperjuangkan kesejahteraan para pengusaha warteg.
Pengalaman dalam dunia perkoperasian benar-benar ia wujudkan dengan kerja nyata seorang pemimpin Kowantara dalam merealisasikan tujuan Kowantara yang memang didirkan untuk mewadahi kepentingan dan kebersamaan anggota untuk menuju kesejahteraan bersama secara gotong royong.
“Pengalaman saya pertama kali beriņteraksi dengan gerakan koperasi ketika saya mondok di Pondok Mondern Gontor Ponorogo Jawa Timur, ketika itu saya sebagai santri untuk memenuhi kebutuhan segala macam di pondok dari kebutuhan mandi sampai kebutuhan sekolah telah disediakan oleh Kopontren, Koperasi Pondok Pesantren dengan harga yang sangat terjangkau, “ kata Mukroni membeberkan awal ketertarikannya pada dunia koperasi, kepada KabareTegal, Jumat (10/1/2020).
Kemudian, lanjut Mukroni, sewaktu kuliah di Universitas Brawijaya Malang, ia langsung praktek menjadi pengurus Kopma, Koperasi Mahasiswa Universitas Brawijaya dari anggota pengawas sampai ketua umum kopma tersebut. “Di situlah saya praktek langsung berkoperasi dengan melayani anggota yang kebanyakan mahasiswa dari asrama mahasiswa sampai kebutuhan kuliahnya dari foto kopi, alat tulis, buku dan lainnya yang disediakan oleh koperasi, “ ungkapnya mantap.
Setelah selesai kuliah kebetulan kerja di Jakarta, kata Mukroni, dirinya sering berinteraksi dengan teman-temannya yäng berasal Tegal dan Brebes yang kebetulan memang berprofesi sebagai pedagang warteg, dengan berdialog, rembugan akhirnya terbentuk sebuah koperasi yang bernama Kowantara, Koperasi Warteg Nusantara di tahun 2011 di Jakarta.
“Koperasi merupakan gerakan ekonomi bersama atau gotong royong yang bertujuan untuk mensejahterahkan anggota, dengan melayani kebutuhan anggota dengan harga yang kompetitif, “ Mukroni menegaskan.
Disamping itu koperasi juga menyerahkan SHU sisa hasil usaha dari untung usaha yang dikelola kepada anggota
Di Indonesia konsep ekonomi koperasi sebelum kemerdekaan tahun 1945 oleh Bung Hatta yang dikenal Bapak Koperasi, Bung Hatta ingin menjadikan koperasi sebagai soko guru ekonomi bangsa ini untuk berdikari berdiri di kaki sendiri dan mempunyai solidaritas untuk saling gotong royong saling menolong antar warga negara
Di banyak negara yang menggunakan koperasi sebagai sistem ekonominya negara tersebut sangat sejahtera rakyatnya, negara-negara Scandinavia yang ada di wilayah Eropa Utara yaitu Denmark, Finlandia, Norwegia, Swedia dan Islandia merupakan negara-negara yang makmur dan sejahtera dalam survey ekonomi dunia dan untuk angka kriminalitas sangat rendah serta angka ratio gini (kesenjangan ekonomi) sangat kecil. Contoh Denmark merupakan negeri yang rakyatnya paling berderma (bersodaqoh) nomer wahid di dunia mengalahkan negeri paman sam Amerika Serikat, Finlandia merupakan negeri yang dipercaya baik oleh organisasi Gerakan Aceh Merdeka maupun oleh pemerintah Indonesia dalam perundingan mengakhiri konflik di Aceh, Swedia merupakan negeri pertama yang diinjäk tanahnya pertama kali oleh Neson Mandela setelah keluar dari penjara di Afrika Selatan akibat program apartheid, itu adalah contoh Negara-negara yang menggunakan system ekonomi dengan system koperasi, artinya koperasi bukan system ekonomi Utopia tapi kenyataan dan real untuk membuat system ekonomi yang sejahtera dan menjadikan negarnya juga maju dan berbuat banyak manfaat dan rakyatnya sejahtera dan bahagia.
Lelaki kelahiran Brebes, 10 Pebruari 1968, itu lebih lanjut menerangkan, bahwa sewaktu menjadi konsultan di perusahaan, kebetulan backgroundnya di pendidkan S1 dari Universitas Brawijaya Fakultas Perikanan di program studi social ekonomi perikanan yang konsen di pemberdayaan ekonomi sosial pesisir. “Artinya gerakan ekonomi koperasi masih terkait dengan aktivitas saya sebagai konsultan di perusahaan di pemberdayaan ekonomi social masyarakat pesisir, “ terang Mukroni.
Mukroni menyebut yang menginspirasi dan memotivasi dirinya terjun dalam dunia perkoperasian adalah gerakan koperasi yang merupakan kumpulan orang bukan kumpulan modal. “Dan, saya senang berorganisasi dan itu diwadahi digerakan ekonomi koperasi, “ ungkap Mukroni mantap.
Mukroni menerangkan sejarah awal berdirinya Kowantara (Koperasi Warteg Nusantara) yang berdiri sejak 2011 di Jakarta yang didirikan oleh para pengusaha warteg dengan tujuan untuk mewadahi kepentingan dan kebersamaan anggota untuk menuju kesejahteraan bersama secara gotong royong, misalnya Kowantara ini bisa melayani kebutuhan anggota baik secara modal maupun bahan baku.
“Alhamdulillah Kowantara telah melakukan kerjasama dengan salah satu BUMN yaitu Surveyor Indonesia untuk menyalurkan pinjaman dengan bunga yang sangat rendah kepada anggota Kowantara yang telah mencapai angka akumulatif sebesar 3 Milyar dan masih berlangsung, di bidang kebutuhan bahan pokok warteg, Kowantara sudah mencoba untuk memenuhi kebutuhan beras dan tepung terigu untuk anggota dan sudah berjalan hampir 5 tahun, “ tutur Mukroni penuh rasa syukur.
Menurut Mukroni, banyak tantangan yang berkenaan dengan perjalanan Kowantara, diantaranya, pertama bagaimana agar pengurus terus menjaga integritas menjalankan manajemen koperasi yang benar agar Kowantara dipercaya sebagai gerakan koperasi yang bisa diandalkan. Kedua, Kowantara terus menerus untuk menyediakan kebutuhan bahan pokok yang terjangkau dan kompetitif. Ketiga Kowantara juga ingin sebagai koperasi yang dapat menyediakan usaha simpan pinjam dari anggota untuk anggota secara mandiri. “Keempat, di tengah era industri 4.0 Kowantara tentunya harus bisa mengikuti perkembangan zaman dengan dapat menggunakan tekhnologi secara optimal dan bisa mengefesienkan system kerja dan manajemen Kowantara seperti penggunaan aplikasi android dan lainnya, “ Mukroni menguraikan dengan rinci.
Mukroni menceritakan, pengalaman yang paling berkesan selama mengelola Kowantara, dimana pengusaha warteg merupakan profile usaha yang membutuhkan kerja keras dan ulet, ketika berkunjung ke kampung warteg dimana para pengusaha warteg sukses membangun kampungnya baik rumah pribadinya maupun fasilitas umum dari menyisihkan keuntungannya. “Itulah kesan yang tidak bisa dilupakan ketika anggota Kowantara sukses di usahanya, “ ungkap Mukroni penuh semangat.
Adapun, suka-suka selama mengelola Kowantara, Mukroni menceritakan, “Dengan keguyuban para pengusaha warteg terutama anggota Kowantara disitulah silaturrahmi dan paseduluran terus dijaga dan ini sangat menyenangkan.”
Impian dan harapan Mukroni ke depan terhadap Kowantara, yakni ia berharap Kowantara dapat menjadi koperasi yang bisa memenuhi kebutuhan anggotanya baik dari permodalan, bahan baku dan kebutuhan lainnya dengan mengikuti perkembangan teknologi yang sudah mencapai era industri 4.0. “Sehingga Kowantara tidak ketinggalan zaman dalam mengikuti perkembangan teknologi yang begitu cepat, “ tegas Mukrono.
Mukroni menyampaikan pendapatnya mengenai warteg sekarang yang tampak membenahi diri dengan penampilannya lebih bersih. “Saya sangat setuju dan mendukung sesuai dengan perkembangan situasi, kondisi dan perubahan zaman di era industri 4.0 (era digital) yang begitu cepat, “ pungkas Mukroni.