Polisi Bripka Zaenal Arifin Siap Mengabdi Jalankan Tugas Negara Sampai Purnawirawan

Tantangan tugas polisi ke depan semakin banyak, apalagi di era modern saat ini dimana perkembangan teknologi, seperti medsos dan lain-lain yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Demikian diakui Bripka Zaenal Arifin yang harus cermat dan bijak dalam menyikapinya.

 

Bagi Zaenal, menjadi polisi adalah pekerjaan yang sangat mulia, selain sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, juga menegakkan hukum, serta memelihara Kamtibmas.  Zaenal sosok polisi yang siap mengabdi jalankan tugas negara sampai purnawirawan.

Menyambangi warga masyarakat (Foto: Istimewa)

“Awal niat saya bercita-cita menjadi polisi karena saya ingin mengabdikan diri saya yang terbaik untuk masyarakat, bangsa dan negara serta keluarga, “ kata Bripka Zaenal Arifin, Kasubnit Bintibmas Polsek Metro Gambir, kepada KabareTegal, Selasa (21/1/2020)

 

Lelaki kelahiran desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, 29 April 1983, itu lebih lanjut mengaku dari kecil tidak pernah terpikirkan untuk menjadi polisi. “Seiring dengan berjalannya waktu, barulah saya sangat termotivasi untuk menjadi seorang polisi, “ ungkap alumni SDN Jatibogor V, SMPN 1 Suradadi, SMUN 97 Jakarta dan lulusan Dikmaba Angkatan XXIII SPN Polda Metro Jaya itu mantap.

Pembinaan kepada anak-anak Pramuka (Foto: Istimewa)

“Alhamdulillah, saya sudah nyaman dengan profesi menjadi polisi ini, Insya Allah saya siap tetap jalankan tugas negara sampai purnawirawan, “ tutur Zaenal penuh rasa syukur.

 

Menurut Zaenal, tantangan tugas polisi ke depan semakin banyak, apalagi di era modern saat ini dimana perkembangan teknologi, seperti medsos dan lain-lain yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. “Kita harus cermat dan bijak menyikapinya, “ ujarnya dengan pembawaan tenang penuh kewibawaan.

.

Memberikan pembinaan kepada anak-anak sekolah yang tawuran (Foto: Istimewa)

Zaenal membeberkan pengalamannya yang paling berkesan selama menjadi polisi. “Menghimbau masyarakat, khususnya kalangan remaja agar disiplin, sadar hukum, tidak terjerat dengan bahaya narkoba, tawuran, dan lain-lain, “ beber Zaenal.

 

Menjalani pekerjaan tentu ada suka-dukanya, begitu juga dengan Zaenal punya suka-duka selama dirinya menjadi polisi. “Sukanya menjadi polisi adalah pekerjaan yang sangat mulia, selain sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, juga menegakkan hukum, serta memelihara Kamtibmas, “ papar Zaenal

Koordinasi dengan perbankan (Foto: Istimewa)

Adapun, dukanya bagi Zaenal, beberapa di antaranya, pada waktu hari raya besar atau hari-hari libur panjang, saat dan waktu keluarga berkumpul bersama, polisi harus jauh dari keluarga dan sanak saudaranya karena tugas di depan mata yang harus dijalankan demi tetap menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat. “Tidak peduli teriknya matahari yang membakar kulit maupun hujan yang mengguyur seluruh tubuh, “ Zaenal kembali memaparkan.

 

Harapan Zaenal ke depan dalam dunia kepolisian, semoga Polri ke depan tetap profesional, modern, dan meraih kepercayaan dari masyarakat. “Demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sejahtera, mandiri, dan berkeadilan, “ Zaenal menegaskan

 

Pengamanan Kegiatan Natal (Foto: Istimewa)

Menurut Zaenal, karakter masyarakat desa Jatibogor tentunya sangat kompleks. Untuk kedekatan dengan masyarakat desa Jatibogor, meskipun dirinya bertugas di Jakarta tetapi ia selalu memantau perkembangannya baik di group Facebook ataupun group WatsApp. “Supaya silaturahmi tetap terjaga dengan baik, “ ujarnya penuh kepercayaan diri.

 

Zaenal memandang dan menyikapi perubahan dan perkembangan yang terjadi di desa Jatibogor. “Terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi di desa Jatibogor, dipandang perlu adanya sinergitas yang baik antara perangkat desa dan warganya, supaya terjalin komunikasi yang positif guna menyikapi perubahan dan perkembangan yang terjadi, “ tegas Zaenal.

Silaturahmi dengan para ulama (Foto: Istimewa)

Impian dan harapan Zaenal terhadap desa Jatibogor untuk sepuluh tahun ke depan, semoga desa Jatibogor menjadi desa yang maju, desa yang aman, masyarakatnya sadar dan taat hukum. “Saling berinteraksi dan berkomunikasi guyup rukun, “ pungkas Zaenal.

Silaturahmi dengan para ulama (Foto: Istimewa)

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan, ini lahir 27 Mei 1971 di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, Jawa Tengah. Tinggal di Jakarta, bekerja sebagai wartawan. Puisi-puisinya masuk sekitar 80 buku antologi komunal (1994-2025). Buku antologi puisi tunggalnya; Penyeberangan ke Masa Depan (Yayasan Sastra Gading, 1997), Cakrawala Menjelang (Yayasan Aksara Indonesia, 2000), Memo Kemanusiaan (Balai Pustaka, 2022). Novelnya: Jejak Gelisah (2005) diterbitkan Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo, Gramedia Group), Chemistry (Bubble Books, 2018), Pocinta (Prabu21, 2021). Catatan tentang kesastrawanannya masuk dalam Bibliografi Sastra Indonesia (2000), Leksikon Susastra Indonesia (2001), Buku Pintar Sastra Indonesia (2001), Leksikon Sastra Jakarta (2003), Ensiklopedi Sastra Indonesia (2004), Gerbong Sastrawan Tegal (2010), Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017), dan lain-lain. Karya-karyanya sudah banyak dijadikan bahan penelitian dan skripsi tingkat sarjana. Memenangkan Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999) dan Pemenang Favorit Sayembara Mengarang Puisi Teroka-Indonesiana "100 Tahun Chairil Anwar" (2022).

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *