Mie Ayam Ceker DMS Alun-alun Tegal, Manjakan Penggemar Pangsit dengan Menu Tak Biasa

Mie ayam atau bakmi ayam yang semula berasal dari Tiongkok, sekarang begitu dikenal masyarakat Indonesia. Sebuah makanan yang terbuat dari Mie Kuning direbus mendidih yang kemudian ditaburi saos kecap khusus beserta daging ayam dan sayuran. Mie Ayam terkadang juga ditambahi dengan bakso, pangsit dan jamur.

 

Mie memang berasal dari Tiongkok, tetapi Mie Ayam yang di Indonesia begitu khas dan tentu tidak ditemukan di Tiongkok. Salah satu “kemasan” terbaru dari sajian Mie Ayam, yaitu dengan menambahkan Ceker Ayam jadilah Mie Ayam Ceker, dimana Mie Ayam Ceker yang paling terkenal adalah “Mie Ayam Ceker DMS“ milik Yuda Muzaka yang berlokasi di Alun-Alun Kota Tegal.

“Lapak saya namanya ‘Mie Ayam Ceker DMS’, “ kata Yuda Muzaka sambil melayani pembeli, kepada Kabare Tegal di Alun-akun Tegal, Sabtu (25/1/2020).

 

Om Yuda, sapaan akrabnya, lebih lanjut membeberkan tentang ‘Mie Ayam Ceker DMS’, kedainya. “Lapak ini menjadi terobosan saya yang membuat mie ayam makin digandrungi, “ beber pria mlastar asli Tegal yang suka beramal ini penuh percaya diri.

 

Menurut OmYuda, ia melakukukan terobosan membuat mie ayam itu tidak ujug-ujug alias tidak tiba-tiba, dalam menemukan cara jitu mengubah “wajah dan rasa” Mie Ayam pada umumnya menjadi lebih spesifik. “Saya menekuni bidang perdagangan makanan sejak menikahi Nanien tahun 2000, “ ungkapnya mantap.

Om Yuda menyampaikan dirinya mula-mula berjualan gorengan di depan rumahnya, tapi jatuh bangkrut. Kemudian, dia bangkit lagi dengan memulai usaha yang lain untuk menghidupi keluarganya, dipilihnyalah Rujak yakni makanan dari sayur mayur (kangkung, kacang panjang, tauge, kol) direbus dengan bumbu sambal terasi dan kacang. “Usaha itu pun tak berlangsung lama, saya dengan dukungan istri dan orangtua kemudian mencoba berjualan Mie Ayam Ceker, “ kenang Om Yuda.

 

“Waktu itu masih sedikit atau bahkan belum ada Mie Ayam Ceker, sebab setahu saya mulai ramai nama itu, baru tiga atau empat tahun belakangan,” imbuh Om Yuda penuh haru.

 

Kemudian, kata Om Yuda, karena tidak memiliki lahan kosong di sekitar rumahnya, Mie Ayam Ceker ini ia jual dengan cara membuka lapak kecil di depan rumahnya di Jalan Sumbing Gang Mushola Al-Ghofar Kalibuntu, Kecamatan Panggung, Kota Tegal. “Setahun kemudian, 2001, saya membuka lapak dagangnya di Alun-Alun Kota Tegal setelah mendapat ijin dari Pemda setempat, “ kata Om Yuda.

Setahun dua tahun berjalan tak banyak orang yang mampir ke lapak dagangan Om Yuda yang ia buka mulai pukul 12 siang sampai jam 10 malam. “Dengan tekad baja saya tetap bertahan berjualan di situ. Kemudian saya dirikan tenda mengemas lapak dagangnya itu senyaman bangunan rumah makan beserta meja kecil-kecil, dan dengan menggelar karpet sebagai alas lesehan bagi pengunjung, “ papar Om Yuda tampak begitu sangat bersemangat.

 

Di “Mie Ayam Ceker DMS“, setiap pembeli, tidak hanya mendapatkan Mie Ayam dan Ceker, dalam satu mangkok dengan hanya mengeluarkan Rp 13.000,-, tetapi juga mendapatkan telor puyuh, kerupuk pangsit dan makaroni. Itulah cara Om Yuda memanjakan pembeli yang datang ke lapak Mie Ayam Ceker DMS miliknya.

 

Selain anggota Komunitas Trucuk Tegal Comunity (TTC) yang merupakan kompatriotnya sesama penghobi burung Trucukan Wilayah Tegal dan Brebes, masyarakat umum juga banyak yang berkunjung.

 

“Kalau anggota Komunitaskan hanya puluhan orang jumlahnya dan mereka tidak setiap hari datang ke sini. Masyarakat dari berbagai golongan jauh lebih banyak yang menggemari Mie Ayam Ceker saya ini,” ucap Om Yuda sambil menyeka keringatnya.

Lebih jauh, Om Yuda bercerita di saat awal membuka lapak dagang dirinya tidak dipungut biaya sepeserpun, sebab ketika itu masih banyak area kosong di sekitar Alun-Alun Kota Tegal. Beda dengan sekarang hampir semua sisi Alun-Alun terdapat lapak dagang yang kebanyakan kuliner. Sehingga suasana malam hari Alun-Alun Kota Tegal berubah layaknya kota modern yang gemerlap dan ramai denyut kehidupan.

 

“Untuk retribusi kami (para pedagang) hanya dibebani Rp 2.000,- setiap hari,” terang Om Yuda yang kental dengan dialek Tegal-nya sambil memandangi burung Crucukan dalam sangkar yang kadang-kadang ia bawa untuk unen-unen menemaninya berjualan.

 

Untuk soal burung Om Yuda memang penggemar berat burung Crukcukan yang identik dengan bunyi gokliknya. Secara rutin ia melatih burungnya itu di acara latberan malam di gantangan sekitar wilayah Tegal dan Brebes. Sesekali ikut hadir di lomba burung luar kota hingga jauh sampai ke Karawang, Boyolali, Purwokerto, Klaten dan lain-lain, yang tentu bersama rekan-rekannya di Komunitas TCC, dimana dirinya sebagai Ketua Komunitas TCC .

“Hidup butuh keseimbangan Mas. Cari uang wajib, hiburan jangan ditinggal, dan juga beribadah (sholat) jangan sekali-kali dilalaikan. Nah inilah alat hiburan saya,” pungkas Om Yuda sumringah sambil menunjuk ke burung Crukcukan yang sedang berkicau merdu sekali. (Julis Nur Hussein)

 

 

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

2 Comments on “Mie Ayam Ceker DMS Alun-alun Tegal, Manjakan Penggemar Pangsit dengan Menu Tak Biasa”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :