Rumah Makan Amarasa Tegal, Perpaduan Masakan Nusantara dan Timur Tengah

Bisnis kuliner akan terus maju dan berkembang, apalagi dengan selalu melakukan inovasi, mengikuti perkembangan zaman dan mengikuti selera konsumen. Demikian Rumah Makan Amarasa yang berada di jantung kota Tegal. Sebuah restoran yang konsepnya perpaduan masakan Nusantara dan Timur Tengah dalam suasana ruang keluarga dan perpustakaan mini.

“Rumah Makan Amarasa berdiri sejak 11 April 2015. Konsepnya perpaduan masakan Nusantara dan Timur Tengah dalam suasana ruang keluarga dan perpustakaan mini, “ kata Abdullah Sungkar, pendiri Restoran Amarasa, kepada KabareTegal, Selasa (6/10/2020).

 

Lebih lanjut, Abdullah Sungkar menerangkan eksistensi restoran didirikannya. “Buat restoran tentu butuh waktu panjang untuk jadi tujuan kuliner keluarga, “ terang alumnus Jurusan Urban Design di Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro Semarang.

Menurut Abdullah Sungkar, keistimewaan dan keunggulan Amarasa dibanding dengan restoran-restoran lainnya. Seperti di antaranya, Pertama, konsisten tidak menggunakan penyedap rasa buatan. Semua bumbu rempah nusantara. Kedua, daging dari kambing yang dipotong sendiri bukan kiloan dari tempat lain, sehingga terjaga halal dan kualitas daging kambing muda untuk sate dan gulainya. Ketiga, Marag adalah sebutan untuk gulai tanpa santan khas Amarasa. Keempat, Nasi Kebuli Amarasa sudah memiliki pelanggan tetap dan digemari karena dagingnya tidak beraroma kambing atau “prengus” karena rempahnya meresap ke daging. “Kelima, daging sate dari kambing muda lokal  yang dipilih bagian tertentu saja sehingga gurih dan lembut. Keenam, jaminan masakan tidak enak tidak perlu bayar, “ ungkapnya mantap.

 

“Bagi yang tidak makan kambing disediakan ayam kampung goreng, “ imbuhnya.

 

Abdullah Sungkar menyampaikan suka-dukanya dalam mengelola Amarasa: “Suka kalau pelanggan puas dengan hidangan Amarasa. Dukanya terdampak jalan Tol dan kini dampak pandemi Covid-19. Amarasa menyediakan fasilitas cuci tangan. Dan meja makan ukuran besar ideal untuk jaga jarak. Ruang makan luas dan ventilasi bagus, “ bebernya.

Pengalaman suka duka dalam mengelola Amarasa yang paling berkesan selama mengelola Amarasa. “Kedatangan tokoh nasional dan tourist mancanegara baik yang berbahasa Inggris atau bahasa Arab, ini kesempatan memperkenalkan budaya kuliner khas Tegal seperti Sate Kambing mudanya yang sudah terkenal, “ tegasnya.

 

Abdullah Sungkar berharap Pemkot segera memfungsikan jalingkut untuk angkutan berat, sehingga kuliner masakan Timur Tengah  Jalan Gajahmada yang sudah cukup terkenal sejak 1950an di beberapa restoran yang ada, aksesnya lebih nyaman.

 

“Adapun, pengembangan Amarasa ke depan berusaha mengikuti selera konsumen dan meningkatkan kenyamanan, “ pungkas Abdullah Sungkar sumringah .

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :