Slawi_Kabare Tegal.com. “ Tradisi Moci Sebagai Penguat Karakter Bangsa”, itulah tema Dialog Budaya dan Tradisi yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal. Acara yang diselenggarakan pada hari Sabtu 6 Nopember 2021 mengahadirkan 3 narasumber yaitu Inang Winarso, Teguh Puji Harsono dan Atmo Tan Sidik.
Acara dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal Was’ari. Dalam sambutannya, Was’ari berharap agar Tradisi dan Budaya di Kabupaten Tegal menjadi implementasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena “Moci Bareng”, merupakan sarana pemecah persoalan.
Inang Winarso Ketua Wilayah Jawa Bali Nusa Tenggara Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI) dalam makalahnya Strategi Pembangunan Berbasis Budaya mengatakan,”Pemajuan kebudayaan merupakan cara terbaik untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang kelak suatu saat bisa berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Lebih jauh Inang Winarso mengatakan “Corak budaya dan keberagaman etnik di Kabupaten Tegal ada 3 macam yaitu, corak Pesisiran, corak Pertanian dan Corak Perindustrian”. Pernyataan ini didasari atas pemahaman budaya dan masyarakat di Kabupaten Tegal.
Corak Pesisiran meliputi wilayah administratif Kramat,Suradadi dan Warureja, dan corak Pertanian meliputi wilayah administratif Bumijawa, Bojong, Margasari, Balapulang, Lebaksiu, Jatinegara, Kedungbanteng, hingga Pagerbarang, Pangkah dan Tarub. Sedangkan corak Perindustrian meliputi wilayah administratif Dukuh Turi, Talang, Adiwerna, Dukur Waru dan Slawi.
Di akhir makalahnya Inang Winarso mengatakan, ”Pengarusutamaan Kebudayaan dalam Pembangunan pada hakekatnya adalah bercermin pada diri apakah saya sedang menghancurkan kebudayaan atau memajukan kebudayaan”.
Sementara itu Teguh Puji Harsono dalam “ MACA MOCI” nya mengatakan, untuk memahami identitas Budaya Tegal perlu mengenal aspek Morfologi dan aspek Geografi.
“Aspek Morfologi” lanjutnya, “ Lemah Tegal terbentang dari segara hingga giri yang masing-masing bentuk morfologinya membawa unsur kebudayaan sendiri-sendiri, sedangkan Aspek Geografi, Lemah Tegal bagian dari jalur sutra laut perdagangan dunia. Kawasan segara lebih egaliter daripada kawasan giri.
Atmo Tan Sidik Budayawan Tegal menyoroti kalau Moci adalah bentuk silaturrahmi untuk menuangkan inovasi. Tradisi moci sudah ada sejak jaman dahulu kala. Keberadaan teh poci merupakan hasil adaptasi, kebiasaan minum dikalangan bangsawan yang sudah ada sejak jaman Mataram. Tehnya diambil dari daerah Jawa Barat, sedang gulanya berada di Jawa Tengah. Tradisi moci diawali sejak Laksamana Cengho datang ke tanah jawa membawa misi perdamaian, termasuk membawa informasi teknologi, budaya, pertanian, tenun kain, batik, disamping pembuatan tahu dan tempe, termasuk dalam hal membuat minuman teh, di dalam teko dan cangkir, serta keramik, gerabah yang dibawa dari daerah Cina.
Telah diketahui oleh masyarakat luas bahwa tradisi moci telah menjadi satu realitas dalam kehidupan sehari-hari, hal ini antara lain dapat kita ketahui dari munculnya beberapa istilah adat mantu pici, sucatan poci, dibangunnya taman poci, juga kudangan untuk serahan calon pengantin.
Demikian pula ada istilah Wasgitel (wangi,sepet,legi kentel) atau Nasgitel (panas sepet legi kentel), Cipok (moci karo ndopok). Bahkan pada hari Sabtu malam tanggal 13 Mei 2012, dilapangan Pemerintah Kabupaten Tegal dalam rangkaian peringatan hari jadi yang ke 411, telah mendapatkan rekor Muri dengan acara moci bareng bersama 6000 warga.
Tradisi Moci juga dikembangkan dan dilestarikan oleh para Seniman, Budayawan, dan Sastrawan hal ini dibuktikan dengan karya-karya seperti, Dr.H. Maufur Marghub Abdul Aziz, M.Pd, Rektor Universitas Bhamada, Slawi. Dalam buku, “Warung Poci”, “ Warung Poci Kulup Karo Emane”, “ Warung Poci Martabatnena Basa Tegal”, dan buku “Warung Poci Syukur Sajerone Musibah”. Juga buku tulisan H.Yono Daryono, pemeran Damin dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji, “Warung Poci Aja Kadiran”, dan buku, “Warung Poci Lokdon.
Harapan dari dialog ini adalah bagaimana agar Tradisi Moci yang ada di Kabupaten Tegal bisa menjadi warisan Budaya Non Benda yang di akui secara Nasional maupun Internasional.