Wujudkan Cinta Kasih, BEM-Prodi Tari UNJ Aksi Peduli Lewat ‘Art for Humanity’

KabareTegal – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Program Studi Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta (UNJ), kembali menggelar aksi peduli di Sanggar Humaniora, di Perumahan Kranggan Permai Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (13/05/2023).

“Sanggar Humaniora tidak hanya difokuskan untuk mengembangkan daya kreatif sesuai minat dan bakat, tapi juga bagaimana memahami diri menjadi pribadi yang lebih seimbang. Adabtif, toleran, simpati, dan berempati,” ujar Dewan Pembina Sanggar Humaniora, Drs. R. Iwan Gardiawan KS, saat menyambut para mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Aksi peduli para mahasiswa yang tergabung di BEM-Prodi Tari UNJ bergelar Art for Humanity ini, merupakan kegiatan yang dirancang untuk mewujudkan cinta kasih. Membangun rasa saling peduli mahasiswa untuk saling membantu masyarakat kurang mampu.

“Saya mewakili teman-teman dari BEM-Prodi Tari UNJ untuk melaksanakan program kerja yaitu penggalangan donasi, bakti sosial untuk masyarakat yang membutuhkan,” ujar Ketua Pelaksana Program Art for Humanity, Alya Nabila Putri menjelaskan.

Program Art for Humanity tahun 2023 ini, kata Alya, mengambil tema “Berlian” (Berbagi Kemuliaan dengan Kesenian).

Gerakan seni yang memiliki pengaruh pada kehidupan sosial manusia. Mengandung dimensi etis dan estetis.

“Program ini tidak terpaku pada estetika seni saja, tapi juga etis. Dengan kesenian diharapkan dapat memberi inspirasi, memotivasi bagi masyarakat. Universalitas seni yang menyatu dalam kehidupan sosial manusia,” ujar Alya.

Donasi berupa kebutuhan pokok, antara lain; beras, gula, kopi, teh, susu energen, biskuit, dan minyak goreng, telah diserahkan ke pengurus Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan. Sumbangan ini untuk dibagikan kepada para dhuafa, pemulung, janda lanjut usia, dan fakir miskin lainnya.

Diserahkan juga donasi lainnya berupa alat tulis dan perlengkapan sekolah yang akan dibagikan untuk adik-adik yatim piatu piatu, dan anak dari warga kurang mampu binaan Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan.

Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan membina ratusan pemulung, sebagian diantaranya adalah janda-janda lanjut usia.

Menyantuni fakir miskin, dan anak yatim non-panti yang diorganisir di dua rumah singgah, Bekasi (Jakarta), dan di Baleendah Kabupaten Bandung.

Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan juga mendirikan sub-organisasi, antara lain; Sanggar Humaniora, Rumah Budaya Satu-Satu, Rumah Singgah Bunda Lenny, dan Rumah Media Portal Berita Online humaniora.id.

Selain Dewan Pembina, hadir di acara serah terima donasi ini sejumlah pengurus Yayasan Humaniora Kemanusiaan, diantaranya Eddie Karsito (Ketua Umum), Lee Sandie Tjin Kwang (Bendahara Umum), I Gusti Made Ardikabudi, SE, (Pemimpin Perusahaan humaniora.id dan Bidang Kreatif & Usaha), Ali Amran (Bidang Kreatif & Usaha), Indri Retno Putranti (Bidang Pendidikan), dan Andy Joe (humaniora.id).

Mewakili Panitia Pelaksana Program Art for Humanity BEM-Prodi Tari UNJ, diantaranya Alya Nabila Putri, Syifa Amalia Trisnawati, Ratu Sekar Kumala Gayatri, Maulita Meysanti Setiawan, Ida Ayu Julia Maharani, dan Aurelia Dwika Aresty.

Pada kesempatan tersebut Ketua Umum Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan Eddie Karsito, menyampaikan terima kasih ke sivitas akademika Universitas Negeri Jakarta (UNJ), khususnya Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Program Studi Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni.

“Terima kasih juga atas bantuan dan kepeduliaan adik-adik mahasiswa. Seni dan kemanusiaan adalah dua sisi mata uang. Kehidupan seni adalah kehidupan dalam tatanan spiritual. Untuk meraih kematangan dan kesempurnaan jiwa sebaiknya jangan berhenti berbuat baik,” ujar Eddie Karsito.

Seni, kata Eddie Karsito, adalah ungkapan hati.

Ekspresi jiwa yang senantiasa menyuarakan tentang cinta. Keselaran, harmoni, dan martabat kemanusiaan.

“Jiwa empati sangat membantu seniman memahami nasib orang lain. Sehingga kita bisa memberi respon yang sesuai dengan keadaan mereka. Empati membangun pondasi dari semua interaksi hubungan antar manusia,” ujar penggiat budaya yang juga aktor film dan sinetron ini.***

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan, ini lahir 27 Mei 1971 di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, Jawa Tengah. Tinggal di Jakarta, bekerja sebagai wartawan. Puisi-puisinya masuk sekitar 80 buku antologi komunal (1994-2025). Buku antologi puisi tunggalnya; Penyeberangan ke Masa Depan (Yayasan Sastra Gading, 1997), Cakrawala Menjelang (Yayasan Aksara Indonesia, 2000), Memo Kemanusiaan (Balai Pustaka, 2022). Novelnya: Jejak Gelisah (2005) diterbitkan Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo, Gramedia Group), Chemistry (Bubble Books, 2018), Pocinta (Prabu21, 2021). Catatan tentang kesastrawanannya masuk dalam Bibliografi Sastra Indonesia (2000), Leksikon Susastra Indonesia (2001), Buku Pintar Sastra Indonesia (2001), Leksikon Sastra Jakarta (2003), Ensiklopedi Sastra Indonesia (2004), Gerbong Sastrawan Tegal (2010), Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017), dan lain-lain. Karya-karyanya sudah banyak dijadikan bahan penelitian dan skripsi tingkat sarjana. Memenangkan Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999) dan Pemenang Favorit Sayembara Mengarang Puisi Teroka-Indonesiana "100 Tahun Chairil Anwar" (2022).

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *