Film ‘Teori Cakrawala’ Tentang Guru Juga Punya Obsesi, Asa & Cinta

KabareTegal – Kita tentu patut bangga dan memberi apresiasi tinggi kepada PH Filosofi Dunia Khayalan, yang sejak 2017 sudah membuat beberapa reality show dan empat film.

Terbaru, film berjudul ‘Teori Cakrawala’ dan bersua dengan

Stefani Inna Rukuta sebagai executive produser film ini menyampaikan, bahwa karya keempat ini banyak kemudahan dan fasilitasi dalam produksi Pemkab Jember.

“Sebuah film tentang pendidikan di kota tersebut yang dibumbui dengan kisah percintaan, “ ujarnya, kepada wartawan, Senin (12/9/2023).

Stefani menyebut film ini bernarasi perspektif tentang sosok guru dengan cara mengajarnya.

“Bagaimana kita menempatkan diri ketika prinsip yang kita pegang teguh harus bersentuhan dengan kenyataan sesungguhnya dan kita harus bisa mengakui itu sebagai kebenaran, “ paparnya.

Stefani menyampaikan, bahwa guru Cakra adalah realitas sesungguhnya.

“Jadi sepakat dengan tagline #GuruJugaManusia yang punya obsesi, asa dan cinta,” pungkas Stefani sumringah sambil memanjangkan asa untuk tetap berkomitmen produksi film yang inspiratif.

Ivan Oche didapuk sebagai sutradara dengan skenario ditulis apik oleh Goetheng Ibnu Akhim.

Adapun, para pemain yang membintangi film ‘Teori Cakrawala’, antara lain, Elissa  yang berperan sebagai Guru Cakrawala, Risky Mickey sosok muda Rajasa sebagai penduduk lokal, Awan Rambaho sebagai Awan dan Agnes Rambaho sebagai sahabat Cakra.

 

Sinopsis Singkat

Ken Arina Cakrawala, disapa Cakra, yang mendapat perintah tugas untuk menjadi salah satu guru sekolah keliling yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Jember.

Berbeda dari guru-guru yang lain, Cakra menerima tugas ini dengan penuh semangat.

Ketika Cakra sampaikan soal tugas ini kepada kedua orang tuanya, Cakra harus sedikit berdebat dengan ayahnya, Pak Sya’roni, terutama tentang waktu yang pasti tidak akan sama dengan jika Cakra mengajar di sekolah biasa.

Tapi setelah Cakra dapat dukungan dari Ibunya, Bu Siti Pertiwi, Cakra bisa meyakinkan ayahnya.

Hari pertama mengajar, Cakra langsung menemukan banyak masalah.

Pertama, Cakra melihat guru lain memaksakan pola standar belajar-mengajar yang konservatif, monoton dan membosankan, seperti ketika mengajar dalam sebuah kelas.

Kedua, ada guru yang  terpaksa melakukan tugas hanya karena mengejar kondite, maka  berlaku suka-suka.

Ketiga, respon murid-murid yang tidak antusias mengikuti pelajaran.

Diam-diam ada seorang relawan bernama Rajasa, yang selama berjalannya program ini adalah seorang penduduk local yang mempunyai pendidikan sudah sampai S2 dan sudah lama memperhatikan Cakra.

Rajasa diam-diam menyukai Cakra.

Melihat Cakra patah arang, Rajasa menantang harga diri Cakra sebagai guru.

Rajasa tidak saja mengingatkan niat semula Cakra tapi juga mempertanyakan kemampuan Cakra, jangan seperti tong kosong nyaring bunyinya.

Kalau memang Cakra punya sesuatu untuk mengatasi masalah itu, lakukan dan buktikan.

Buat mata mereka terbuka.

Cakra tersinggung oleh cara Raja bicara yang begitu lugas, tanpa tedeng aling-aling, tanpa berpikir Cakra akan sakit hati atau tidak.

Tapi justru cara Raja ini seperti membakar lagi semangat Cakra.

Cakra jadi bertekad untuk membuktikan bahwa dirinya tidak hanya berani protes, tapi memang punya ide dan solusi mengajar yang bisa dipertanggung jawabkan.

Ide Cakra mengajak murid-murid belajar di alam terbuka mendapat respon yang bagus dari para murid.

Yang paling real, murid-murid tampak berkembang pemahamannya atas setiap pelajaran yang mereka terima.

Murid-murid selalu antusias setiap kali diajar oleh Cakra.

Usaha Rajasa untuk menyelamatkan Cakra membuat kesan yang mendalam.

Cakra bersedia membuka hatinya untuk Raja.

Tapi, bersamaan dengan niat itu Raja pamit, dia harus kembali ke Belanda untuk melanjutkan studi S3-nya yang sempat tertunda karena pandemi.

Cakra terkejut, bahwa sudah setinggi itu pendidikan Raja, dan ternyata menjadi sopir para guru, yang sebenarnya hanya untuk mengisi waktu selama ia pulang ke Jember.

Jika penasaran, nantikan film ‘Teori Cakrawala’ di bioskop seluruh Indonesia pada 5 Oktober 2023 mendatang.***

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :