Merger Pelita Air & Citilink, Dirut Garuda Berharap Kurangi Biaya Operasional

KabareTegal – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) memberikan perkembangan terbaru terkait dengan proses penggabungan (merger) antara Pelita Air dan entitas anak GIAA, Citilink Indonesia.

 

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan, bahwa merger antara Pelita Air dan Citilink Indonesia diharapkan rampung pada akhir 2023.

 

“Merger antara kedua maskapai ini akan memberikan dampak positif terhadap efisiensi perusahaan, “ kata Irfan dalam keterangan resminya, Senin (23/10/2023).

 

Lebih lanjut, Irfan menerangkan, hal ini diharapkan akan membuka peluang untuk meningkatkan sinergi operasional antara dua maskapai, “mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, “ terangnya.

 

Menurut Irfan, dengan langkah merger, Garuda Indonesia Group akan lebih memperkuat posisinya di pasar penerbangan dalam negeri maupun internasional. “Sehingga kami dapat mendorong pertumbuhan dan daya saing perusahaan secara keseluruhan, “ ungkapnya mantap.

 

Irfan melanjutkan, prospek kinerja GIAA akan terus meningkat pada semester II/2023.

“Faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan ini meliputi musim liburan kenaikan kelas, perjalanan umrah, serta periode puncak seperti Natal dan Tahun Baru, “ bebernya.

 

Garuda Indonesia juga, kata Irfan, telah meningkatkan jumlah penerbangan umrah dari berbagai kota utama di Indonesia. “Pada kuartal II/2023, GIAA berhasil mencatatkan laba bersih sebesar US$33,6 juta, atau berbalik dari posisi kerugian sebesar US$110 juta yang dialami pada kuartal sebelumnya, “ paparnya.

 

Selanjutnya, Irfan berharap pihaknya dapat menerima tiga dari lima pesawat berbadan sempit (narrow body) yang telah dipesan pada akhir kuartal III/2023.

 

Irfan menyebut GIAA berhasil menurunkan harga sewa pesawat hingga 30-50 persen setelah restrukturisasi. “Perseroan kini hanya membayar biaya sewa pesawat sesuai dengan durasi pemakaian pesawat kepada lessor,” pungkas Irfan optimis.***

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan, ini lahir 27 Mei 1971 di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, Jawa Tengah. Tinggal di Jakarta, bekerja sebagai wartawan. Puisi-puisinya masuk sekitar 80 buku antologi komunal (1994-2025). Buku antologi puisi tunggalnya; Penyeberangan ke Masa Depan (Yayasan Sastra Gading, 1997), Cakrawala Menjelang (Yayasan Aksara Indonesia, 2000), Memo Kemanusiaan (Balai Pustaka, 2022). Novelnya: Jejak Gelisah (2005) diterbitkan Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo, Gramedia Group), Chemistry (Bubble Books, 2018), Pocinta (Prabu21, 2021). Catatan tentang kesastrawanannya masuk dalam Bibliografi Sastra Indonesia (2000), Leksikon Susastra Indonesia (2001), Buku Pintar Sastra Indonesia (2001), Leksikon Sastra Jakarta (2003), Ensiklopedi Sastra Indonesia (2004), Gerbong Sastrawan Tegal (2010), Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017), dan lain-lain. Karya-karyanya sudah banyak dijadikan bahan penelitian dan skripsi tingkat sarjana. Memenangkan Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999) dan Pemenang Favorit Sayembara Mengarang Puisi Teroka-Indonesiana "100 Tahun Chairil Anwar" (2022).

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *