Denny JA Luncurkan Dana Abadi untuk Menjaga Keberlangsungan Puisi Esai

Kabaretegal – “Jer basuki mawa beya”. Demikian peribahasa Jawa yang secara harfiah berarti “setiap keberhasilan tentu membutuhkan biaya”.

Dalam hal ini, Pelopor Puisi Esai, Denny JA yang mendorong pentingnya pembentukan dana abadi demi menjaga kelangsungan hidup puisi esai di Indonesia.

Dana abadi itu diharapkan bisa menopang karya sastra agar tetap tumbuh meski pasar buku terus merosot.

Denny JA mengungkapkan bahwa puisi esai membawa peran penting dalam menyentuh nurani masyarakat. Namun, sastra tidak bisa bertahan jika hanya bergantung pada penjualan buku di pasar konvensional.

“Sastra tak boleh tenggelam di tengah hiruk-pikuk isu politik, korupsi, dan berita keras lainnya,” kata Denny JA dalam kegiatan “Sastra Era A.I dan lahirnya Angkatan Puisi Esai”, TMI, Jakarta Pusat, Jumat (20/5/2025).

Lebih lanjut, Denny JA menerangkan tentang puisi esai yang dipeloporinya.

“Puisi esai dapat menyuarakan penderitaan Gaza atau konflik dunia, dan itu menyentuh hati kita, “ terangnya.

Menurut Denny JA, makin sedikit masyarakat yang membeli buku membuat karya sastra kehilangan wadah untuk terus berkembang.

Padahal, kata dia, sastra punya kekuatan sosial untuk membentuk empati dan kepedulian kolektif di masyarakat.

Denny JA Foundation berkomitmen menyediakan dana abadi untuk membiayai perkembangan puisi esai. Ia menargetkan pendanaan hingga 50 tahun ke depan demi menjamin keberlangsungan karya sastra tersebut.

“Dana tersebut digunakan untuk menyelenggarakan festival puisi, pelatihan menulis, penghargaan sastrawan, serta publikasi rutin. Dengan cara ini, puisi esai bisa tetap hidup meski tantangan pasar literasi semakin besar,” tegasnya.

Denny JA mengajak para dermawan yang diberi kelimpahan rezeki untuk ikut memberikan power of giving.

“Saya percaya, dukungan konkret bisa menjadi cara terbaik membalas kebaikan semesta melalui dunia sastra yang menyentuh hati, “ pungkas Denny JA optimis.***

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan, ini lahir 27 Mei 1971 di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, Jawa Tengah. Tinggal di Jakarta, bekerja sebagai wartawan. Puisi-puisinya masuk sekitar 80 buku antologi komunal (1994-2025). Buku antologi puisi tunggalnya; Penyeberangan ke Masa Depan (Yayasan Sastra Gading, 1997), Cakrawala Menjelang (Yayasan Aksara Indonesia, 2000), Memo Kemanusiaan (Balai Pustaka, 2022). Novelnya: Jejak Gelisah (2005) diterbitkan Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo, Gramedia Group), Chemistry (Bubble Books, 2018), Pocinta (Prabu21, 2021). Catatan tentang kesastrawanannya masuk dalam Bibliografi Sastra Indonesia (2000), Leksikon Susastra Indonesia (2001), Buku Pintar Sastra Indonesia (2001), Leksikon Sastra Jakarta (2003), Ensiklopedi Sastra Indonesia (2004), Gerbong Sastrawan Tegal (2010), Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017), dan lain-lain. Karya-karyanya sudah banyak dijadikan bahan penelitian dan skripsi tingkat sarjana. Memenangkan Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999) dan Pemenang Favorit Sayembara Mengarang Puisi Teroka-Indonesiana "100 Tahun Chairil Anwar" (2022).

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *