Menteri Kebudayaan Apresiasi Dukungan Daerah dalam Sukseskan CHANDI 2025

KabareTegal. Denpasar – Memungkasi rangkaian Culture, Heritage, Art, Narratives, Diplomacy, and Innovation (CHANDI) 2025 di Denpasar, Bali, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, gelar pertemuan dengan para kepala daerah dan Kepala Balai Pelestarian Wilayah seluruh Indonesia.

Pertemuan ini menjadi momentum untuk menyampaikan apresiasi pemerintah pusat atas dukungan, sinergi, dan kerja sama semua pihak dalam menyukseskan penyelenggaraan forum kebudayaan internasional tersebut.

Dalam kesempatan itu, Menbud Fadli menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas komitmen seluruh pihak hingga penutupan CHANDI 2025. Dirinya menegaskan bahwa keberhasilan CHANDI 2025 tidak terlepas dari kolaborasi erat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku budaya, maupun individu-individu. Sinergi ini mencerminkan komitmen bersama untuk menjaga warisan budaya, memperkuat identitas bangsa, sekaligus menghadirkan inovasi dalam diplomasi kebudayaan Indonesia di mata dunia.

Menbud Fadli menuturkan bahwa CHANDI 2025 digagas sebagai upaya strategis untuk mendorong pemajuan kebudayaan Indonesia. Ia menegaskan, sejak berdirinya Kementerian Kebudayaan pada 21 Oktober 2024 yang diinisiasi Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, bangsa Indonesia memiliki tonggak baru dalam percepatan pembangunan kebudayaan. “Bersama Mas Giring, saya mendapat amanah untuk memimpin kementerian ini, sebuah tanggung jawab yang menurut saya sangat besar karena kebudayaan merupakan fondasi sekaligus jati diri bangsa,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa amanah konstitusi menempatkan negara untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia. “Kita punya tanggung jawab bersama-sama. Saya kira ujung tombak pelestari kebudayaan kita itu ada di banyak pihak: provinsi, kota, pemangku adat, pelaku budaya, pewaris kerajaan, maupun individu-individu. Tanggung jawab ini bersifat multipihak,” imbuhnya.

Menbud Fadli menyoroti dua narasi besar yang mencerminkan kekayaan dan kedudukan strategis Indonesia. Pertama, Indonesia dikenal sebagai negara dengan mega-diversity budaya, yang tercermin dari keberadaan 1.340 suku bangsa dan 718 bahasa daerah, mewakili hampir 10 persen warisan bahasa dunia. Kedua, Indonesia merupakan salah satu peradaban tertua di dunia, dengan temuan penting seperti fosil manusia purba terbesar di Asia Tenggara, lukisan Gua Leang-Leang berusia 51.200 tahun, hingga situs arkeologi Sangiran, Trinil, dan Ngandong. Lebih jauh, Menbud Fadli menekankan bahwa budaya tidak hanya menjadi identitas dan warisan, melainkan juga pilar penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi.

Kementerian Kebudayaan, lanjut Menbud Fadli, telah merumuskan tiga prioritas kebijakan utama, Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi; Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan; serta Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan. Dalam implementasinya, ia mendorong kolaborasi erat dengan pemerintah daerah, termasuk melalui 23 UPT Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) yang tersebar di Indonesia.

“Kolaborasi lintas level pemerintahan sangat dibutuhkan, mulai dari pusat hingga daerah. Revitalisasi tradisi lokal, pengelolaan koleksi cagar budaya, serta pengembangan desa pemajuan kebudayaan harus menjadi agenda bersama,” ujar Menbud Fadli

Melalui perhelatan seperti CHANDI, Menbud Fadli berharap forum ini menjadi wadah untuk membangun ekosistem kebudayaan yang inklusif, produktif, dan berkelanjutan. Untuk itu, ia mendorong sinergi tidak hanya dari pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah, komunitas, hingga para pemangku kepentingan lintas sektor.

Mengakhiri sambutannya, Menbud Fadli menyampaikan terima kasih atas dukungan seluruh pihak dalam penyelenggaraan CHANDI 2025 dan menegaskan komitmennya untuk mendengar langsung aspirasi serta masukan demi kemajuan kebudayaan Indonesia. Dengan dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan, CHANDI 2025 di Bali diharapkan menjadi tonggak penting dalam memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat dialog budaya dunia serta inspirasi bagi masa depan kebudayaan global.

Pertemuan ini turut dihadiri oleh Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha; Sekretaris Jenderal Kebudayaan, Bambang Wibawarta; Direktur Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan, Endah T.D. Retnoastuti; Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra; Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan; Inspektur Jenderal, Fryda Lucyana; Staf Ahli Menteri, Staf Khusus Menteri, perwakilan kepala daerah, Kepala Balai Pelestarian Wilayah, dan segenap jajaran di lingkungan Kementerian Kebudayaan.

Pertemuan tersebut juga menjadi ruang dialog bagi para kepala daerah dan kepala balai pelestarian wilayah untuk berbagi pengalaman serta strategi dalam pemajuan kebudayaan di daerah masing-masing. Dengan berakhirnya CHANDI 2025, Kementerian Kebudayaan menegaskan komitmennya untuk menjadikan forum ini bukan sekadar perayaan kebudayaan, tetapi juga titik awal penguatan kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat. Pertemuan ini diharapkan mampu memperkuat jaringan kerja sama, melahirkan strategi bersama, serta membuka ruang dialog berkelanjutan demi terwujudnya ekosistem kebudayaan Indonesia yang inklusif, produktif, dan berdaya saing di tingkat global.***

 

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan, ini lahir 27 Mei 1971 di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, Jawa Tengah. Tinggal di Jakarta, bekerja sebagai wartawan. Puisi-puisinya masuk sekitar 80 buku antologi komunal (1994-2025). Buku antologi puisi tunggalnya; Penyeberangan ke Masa Depan (Yayasan Sastra Gading, 1997), Cakrawala Menjelang (Yayasan Aksara Indonesia, 2000), Memo Kemanusiaan (Balai Pustaka, 2022). Novelnya: Jejak Gelisah (2005) diterbitkan Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo, Gramedia Group), Chemistry (Bubble Books, 2018), Pocinta (Prabu21, 2021). Catatan tentang kesastrawanannya masuk dalam Bibliografi Sastra Indonesia (2000), Leksikon Susastra Indonesia (2001), Buku Pintar Sastra Indonesia (2001), Leksikon Sastra Jakarta (2003), Ensiklopedi Sastra Indonesia (2004), Gerbong Sastrawan Tegal (2010), Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017), dan lain-lain. Karya-karyanya sudah banyak dijadikan bahan penelitian dan skripsi tingkat sarjana. Memenangkan Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999) dan Pemenang Favorit Sayembara Mengarang Puisi Teroka-Indonesiana "100 Tahun Chairil Anwar" (2022).

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *