Review Voyagers, Paranoia Astronot Muda Saling Jatuh Cinta

Apa jadnya jika sekelompok remaja dikirim ke luar angkasa untuk misi mencari tempat tinggal baru selain bumi? Mereka sejak lahir sudah dikarantina untuk misi tersebut agar tidak punya keinginan kembali ke bumi. Hanya satu orang dewasa mendampingi bertekad tidak rindu bumi. Lalu, bagaimana kalau ia meninggal? Tentu mereka jadi kalang kabut harus tetap melanjutkan misi tersebut. Mereka sudah diprogram seperti robot, tapi kemudian paranoia, hingga luapkan hasrat manusiawinya ketertarikan lawan jenis sesama tim. Demikian mengemuka dari film Voyagers, sebuah film produksi Lionsgate bergenre thriller dan sci-fi bertiti mangsa 2063.

Film arahan sutradara dan penulis skenario Neil Burger (Limitless, The Illusionist) ini dibuka dengan adegan kesibukan para pekerja proyek antariksa. Kemudian, tampak mereka membuat program pembuahan anak di laboratoriumnya, hingga lahirlah bayi-bayi yang direnacanaan untuk menjalankan misi mencari tempat tinggal baru selain bumi. Sejak lahir bayi-bayi dikarantina untuk tidak mengenal bumi, kecuali teknologi untuk menjalankan misi tersebut.

 

Setelah sudah remaja, mereka dijadikan astronot untuk menjalankan misi mencari tempat tinggal baru selain bumi. Dibesarkan dengan kecerdasan dan kepatuhan, para astronot remaja itu memulai ekspedisi untuk mencapai planet tujuan mereka. Namun, hal itu tidak berjalan baik ketika satu-satunya orang dewasa yang ikut dalam perjalanan untuk mengawasi mereka meninggal secara misterius.

Akhirnya, sekelompok remaja ini pun menentang pelatihan dan mulai mengeksplorasi sifat asli mereka yang paling primitif. Banyak dari mereka yang mengalami mengalami paranoia yakni masalah psikologis yang ditandai dengan munculnya rasa curiga dan takut berlebihan. Penderita paranoid cenderung sulit atau bahkan tidak bisa memercayai orang lain dan memiliki pola pikir yang berbeda dari kebanyakan orang.

Keadaan menjadi chaos dan benar-bena kacau-balau, apalagi mereka saling jatuh cinta sesama tim, dan semakin menonjolkan ego-nya masing-masing. Kelompok pun jadi terbelah dua dan kemudian saling bertempur.

Dalam sebuah adegan, karakter yang diperankan oleh Tye Sheridan mempertanyakan dirinya sendiri, apakah ini benar sifat aslinya. Sebab, ia merasa aneh ketika menyaksikan kru pesawat ruang angkasa lainnya beralih melakukan tindakan di luar batas.

Dari temen jadi demen, dan kemudian saling berantem. Apakah mereka bisa melanjutkan misi untuk mencari tempat tinggal baru selain bumi? Silakan saksikan di jaringan bioskop 21, yang sudah buka dengan menerapkan protokol kesehatan.

 

Film ini dbintangi antara lain, Tye Sheridan (Ready Player One, X-Men: Apocalypse), Lily-Rose Depp (The Dancer, The King), Fionn Whitehead (Dunkirk, Black Mirror: Bandersnatch), Viveik Kalra (Blinded By The Light, Next of Kin), Quintessa Swindell (Euphoria), Isaac Hempstead Wright (Game of Thrones), Archie Madekwe (Les Misérables, Teen Spirit, Midsommar), Archie Renaux (Morbius), Chanté Adams (Roxanne Roxanne), Madison Hu (Bizaardvark), serta Colin Farrell (Fantastic Beasts and Where to Find Them, Minority Report, Total Recall).

 

 

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :