Dokter adalah orang yang karena keilmuannya berusaha menyembuhkan orang-orang yang sakit. Untuk itulah, dr. Said Baraba merasa sangat bahagia jika dapat sembuhkan penyakit pasiennya. Karena menjadi dokter adalah cita-citanya semenjak SD, jika ia melihat seorang dokter melayani pasien dengan senyum lembutnya dan memberikan resep sambil mendoakan pasiennya, dirinya turut merasakan dan menilai dokter merupakan profesi yang sangat mulia dan menyenangkan.
Kisah inspiratif dokter yang dikenal ramah dan dekat serta akrab dengan pasien-pasiennya. Ia merasa senang manakala bertemu di jalan dengan para pasiennya dan menyapa dirinya sambil berkata, “dokter saya adalah pasien dokter dan sejak periksa ke tempat dokter kini penyakit saya sudah tidak pernah kambuh, padahal sebelumnya saya sudah periksa kemana-mana tapi belum sembuh.”
Berikut petikan wawancara KabareTegal dengan dokter jebolan Jurusan Kedokteran di Universitas Gajah Mada Yogyakarta yang sekarang berpraktek di Rumah Sakit Islam Harapan Anda Tegal dan menjabat sebagai Ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Kota Tegal.
“Menjadi dokter memang cita-cita semenjak SD. Entah mengapa jika melihat seorang dokter melayani pasien dengan senyum lembutnya dan memberikan resep sambil mendoakan pasiennya rasanya kok dokter merupakan profesi yang sangat mulia dan menyenangkan, “ kata dr Said Baraba menuturkan awal ketertarikannya menjadi dokter, kepada KabareTegal, Jumat (2/7/2021).
“Sejak SD saya sudah mengidolakan dokter Sutarto dan dokter Dahler, “ imbuhnya bangga.
Menjalani profesi apapun tentu ada suka-dukanya, begitu juga dr Said Baraba menjalani profesi dokter, ia merasa jauh lebih banyak sukanya daripada dukanya. Rasa sukanya adalah pada saat bisa membantu seorang pasien yang sakit parah, mengancam nyawanya tetapi ia sebagai seorang dokter berhasil membantu menyelamatkan nyawanya. Rasa senang juga manakala bertemu di jalan dengan para pasiennya dan menyapa dokternya sambil berkata, “dokter saya adalah pasien dokter dan sejak periksa ke tempat dokter kini penyakit saya sudah tidak pernah kambuh, padahal sebelumnya saya sudah periksa kemana-mana tapi belum sembuh.”
“Rasa duka muncul bila tidak mampu menolong menyelamatkan nyawa seorang pasien yang sakit parah. Padahal saat itu kami tahu memang nyawanya tidak mungkin tertolong, tetapi saya adalah orang yang punya rasa optimis tinggi dan rasa penuh harap kepada Allah yang tinggi. Jadi sambil mengobati saya terus berdoa agar pasien saya diberi kesembuhan, “ terangnya.
Pengalaman paling berkesan bagi dr Said Baraba selama menjadi dokter. Ada satu peristiwa saat baru mulai kuliah mengambil spesialisasi Penyakit Dalam, ia merawat seorang pasien dengan Pancreatitis Acut dalam kondisi yang parah, kesadarannya sudah mengalami penurunan, setiap kali memeriksa pasien tersebut keluarganya selalu menangis dan penuh harap ke dokternya agar pasien tersebut bisa disembuhkan. Ternyata si pasien adalah anak satu-satunya yang diharapkan tumbuh dewasa, namun pada saat baru saja selesai wisuda Sarjana tiba-tiba terkena penyakit tersebut.
“Alhamdulillah rupanya Allah memberi kemudahan-Nya setelah 10 hari tidak sadarkan diri, pasien mulai berangsur membaik, panasnya menurun dan mulai sadarkan diri hingga akhirnya setelah 20 hari perawatan pasien bisa pulang dalam keadaan baik. Lima hari kemudian sekeluarga datang ke rumah mengucapkan rasa terima kasih karena anaknya sehat kembali, “ tuturnya penuh rasa syukur.
Menurut dr Said Baraba, tidak ada yang pasti dalam dunia kedokteran, selalu ada saja perkembangan dan itulah mengapa seorang dokter harus terus belajar sepanjang hidupnya, harus terus memperbaharui ilmunya karena manakala seorang dokter tidak mau terus belajar maka dia akan tertinggal. “Sementara ilmu pengetahuan semakin maju begitu juga peelengkapan medis semakin canggih. Maka manakala mau terus mengasah ilmunya maka dia akan menjadi dokter yang baik dan cerdas serta bijak, “ tegasnya.
Dr Said Baraba menyampaikan harapannya ke depan mengenai dunia kedokteran. Dirinya selalu mengharap adanya kemajuan di dunia kedokteran adalah bertujuan untuk memudahkan para dokter. Mudah menentukan penyakit pasiennya dan mengalami kemudahan saat memberikan terapi. Namun majunya dunia kedokteran tidak diikuti dengan budaya materialisme. Karena biasanya bila ada obat atau alat kedokteran yang baru dan canggih, biasanya perlu bayar mahal untuk memanfaatkannya. “Disimilah peran pemerintah untuk melakulan regulasi dan memberi insentif agar pelayanan di dunia kedokteran yang canggih bisa dinikmati oleh masyarakat kelas bawah, “ pungkasnya sumringah.