KabareTegal – Proses pengambilan gambar film layar lebar “Sumur Jiwo 1977” produksi PT. Black White Pictures akhirnya dinyatakan selesai.
Film ini telah melalui proses masa shooting selama 11 hari yang dilakukan di beberapa lokasi di Jakarta dan di Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
“Tepat adzan subuh (Kamis, 6/6/2024) shooting dinyatakan selesai; wrap (bungkus-red),” terang produser film ‘Sumur Jiwo 1977’ Fadli Fuad, melalui telpon di Jakarta, Jum’at (7/6/2024).
Skedul shooting tepat waktu, menurut Fadli, tidak lepas dari kekompakan tim produksi disertai dengan perencanaan yang baik.
“Terima kasih saya sampaikan kepada tim produksi dan semua elemen yang mendukung produksi film ini. Semua kooperatif dan totalitas untuk projek film ini. Tak ada hambatan apapun semua lancar-lancar. Semua dapat kami dilewati dengan baik,” ungkap Fadli lagi.
Tak perlu menunggu lama, menurut Fadli, proses penggarapan film yang disutradarai Egi Fedly ini kini langsung masuk dalam tahapan post-production (editing).
Film ‘Sumur Jiwo 1977’ lebih dari sekedar horor. Film ini digarap sangat unik, lebih fresh berbalut komedi, thriller dan full of plot twist yang membuat jalan cerita tidak mudah ditebak.
Film ini antara lain dibintangi Fico Fachriza, Fadli Fuad, Annette Edoarda, Mathias Muchus, Eddie Karsito, Egi Fedly, Yatti Surachman, Djenar Maesa Ayu, Jajang C. Noer, Opie Kumis, Husein Al-Athas, Gita Virga, Godfred Orindeod, Anyun Cadel, dan beberapa pemain lainnya.
Tak kalah seru film ‘Sumur Jiwo 1977’ ini juga menampilkan sutradara kondang Hanung Bramantyo sebagai bintang tamu.
Beberapa deretan aktor senior yang terlibat peran dalam film ini juga terbilang banyak mendulang prestasi, seperti Mathias Muchus, Eddie Karsito, Yatti Surachman, Djenar Maesa Ayu, dan Jajang C. Noer.
Film “Sumur Jiwo 1977” cerita dan skenarionya ditulis oleh Kaka Endi (nama samaran). Kaka Endi juga seorang produser, aktor film dan sinetron yang kiprahnya ikut mewarnai industri perfilman di tanah air.
Black White Pictures juga melibatkan komponis Indonesia Embie C. Noer sebagai Penata Musik film ini, dan Timun-kun sebagai Music Composser. Salah satu karyanya fenomenal Embie C. Noer adalah sebagai penata musik film “Pengkhianatan G-30S PKI” yang digarap bersama sutradara Arifin C. Noer.
Bertindak sebagai Co. Director Tyas Asko, Director of Photography (DoP) Budi Utomo, Penata Artistik Rizky Wardoyo, Legal Advisor Maria Salikin, SH, Co-Producer Fahreza Habsy, Line Producer Theza Azwir, Associate Producer Abu Ahmad, Unit Manager Wan Abe, dan Finance Selvy S. Rahayu.
fiksi ilmiah
Film “Sumur Jiwo 1977” merupakan cerita misteri, horror yang dikombinasikan ke dalam cerita komedi bahkan dapat disebut sebagai karya fiksi ilmiah. Mengangkat kisah tentang tiga sineas yang bekerja di sebuah rumah produksi film, yaitu Ardi, Ferry, dan Rara.
Ardi, seorang sutradara film spesialis genre drama. Ferry juga sutradara film spesialis genre horor. Sementara Rara seorang penulis skenario sekaligus dan editor film.
Mereka bertiga pernah memproduksi beberapa film di rumah produksi tempat mereka bekerja, namun kerap mengalami permasalahan. Film-film yang mereka produksi selalu sepi penonton dan gagal di pasaran. Hal ini membuat pimpinan mereka, Fabian Pramono marah dan kecewa.
Fabian memberikan kesempatan terakhir kepada mereka bertiga untuk membuat konsep film yang brilian dalam kurun waktu satu minggu. Hal ini membuat under pressure mereka bertiga yang langsung mencari jalan keluar dari masalah ini.
Udin, office boy tempat mereka bekerja memberi ide jalan pintas kepada Ardi, Ferry dan Rara mendatangi dukun sakti bernama Mbah Upit.
Mbah Upit memberi buku agenda kuno berisi mantra kepada ketiganya untuk melihat mahluk halus. Buku tersebut juga menyimpan dokumen klipping tentang kejadian pembunuhan misterius belum terungkap yang terjadi di Desa Sumur Jiwo pada tahun 1977.
Kejadian ini kemudian membuat Ardi, Ferry, dan Rara terdampar di kehidupan masalah lalu yang rumit, sulit, mencekam dan menyeramkan. Setiap hari diteror dengan berbagai penampakan sosok mahluk halus Pocong, Kuntilanak, dan makhluk metafisika lainnya.
Mereka bertiga tidak tahu bagaimana cara pulang ke era tahun 2024 karena tidak ada mantra mengenai hal tersebut di buku agenda kuno dari dukun Mbah Upit.***