H. Khozin, Pendiri MTs Jatibogor, Sosok Inspiratif Kyai Kharismatik Jatibogor

Tak terasa sudah 35 tahun MTs Jatibogor berdiri, jika fase perkembangan hidup manusia tentu sudah lebih dewasa, bahkan di umur segitu sudah banyak melahirkan. Begitu juga MTs Jatibogor sudah banyak melahirkan siswa-siswi yang berprestasi dan sukses di kehidupannya mewarnai dinamika perkembangan desa yang terus tumbuh, maju dan berkembang.

 

Khozin, sebuah nama yang melegenda dan tak lepas dari sejarah MTs Jatibogor. Beliau yang mendirikan dan sekaligus mampu memggerakkan para sesepuh desa Jatibogor untuk bersama memperjuangkan pentingnya pendidikan di desa Jatibogor. Sosok inspiratif kyai kharismatik Jatibogor yang memang sangat patut menjadi suri teladan masyarakat.

“MTs Jatibogor berdiri tahun 1985, Alhamdulillah ternyata sudah 35 tahun, ‘ kata H. Khozin, S.Ag. M.Pd.I saat dihubungi KabareTegal, Kamis (9//1/2020).

 

Kyai kharismatik kelahiran Brebes, 14 April 1960 itu lebih lanjut membeberkan awal sejarah berdirinya MTs jatibogor. “Pertama kali punya insiatif saya sendiri. Karena saat itu melihat desa Jatibogor ada lima SD N dan satu MI. Namun belum ada tingkat SLTP. Kami mencoba berembug dengan kaka ipar saya H.  R.  Zabidi, BA.  Untuk merintis dan mendirikan MTs. Kebetulan beliau sebagai guru PNS di MTs N Pemalang, “ bebernya.

 

Pada tahun 1984, menurut Abah Khozin, sapaan akrabnya, saat itu mengundang tokoh masyarakat untuk bermusyawarah mendirikan MTs di Jatibogor yang tempatnya di “MDA Al Huda”. “Namun dari tokoh NU ada yang mengusulkan untuk rapat berikutnya jangan di Al Huda, kalau ingin dapat dukungan dari mayoritas penduduk desa Jatibogor, “ ujarnya.

 

Kemudian, pertemuan berikutnya diadakan rapat di MDA ‘Al – Azhar’ Pedukuhan Jatimerta.

Keputusan rapat tahun pelajaran 1985/1986 dibuka pendaftaran siswa baru dan siswa pertama mendapat 27 anak, untuk kegiatan belajar-mengajar ditempatkan di MDA Al-Azhar selama lima tahun berjalan yang menjabat sebagai kepala Madrasah saat itu H. R. Zabidi. BA. Hanya selama dua periode dari tahun 1985/1987. Pada tahun 1987 sampai dengan sekarang jabatan kepala Madrasah dipegang oleh  H. Khozin, S.Ag.M.Pd.I dimulai sejak tahun 1987 sampai dengan sekarang

 

Abah Khozin memaparkan, tujuan awal didirikan MTs Jatibogor belum adanya setingkat Sekolah SLTP di desa Jatibogor.  “Untuk menolong masyarakat ekonomi lemah yang tidak bisa menyekolahkan anaknya keluar kota karena faktor biaya, “ papar Abah Khozin.

 

Pendiri MTs Jatibogor, antara lain

  1. H. R. Zabidi. BA
  2. Tasori. MS
  3. H. Khozin. BA
  4. Kh. Tasori T
  5. Sayonasisto
  6. Z. Mawardi
  7. H. Abdullah
  8. H. Idris
  9. H. Ambari
  10. K. Sujai
  11. Ahmad Rochmani
  12. H. Umar Fatoni
  13. KH. Khusen
  14. Sukhar
  15. Dasuki HM.
  16. Tabri Ari
  17. H. Rowi HA
  18. Madrawi
  19. H. Yusuf (Saryo)

 

Abah Khozon menyatakan yang paling memotivasi mendirikan MTs Jatibogor. “Saya sendiri dan kakak ipar saya H. R. Zabidi, BA. Karena mertua saya memberikan tanah wakaf untuk pendidikan ditambah dengan dari Bapak H. Abdullah yang mewakafkan sawah setengah bau, “ beber lulusan S2 Tarbiyah tahun 2013.

Menurut Abah Khozin, sapaan akrabnya, MTs Jatibogor dari tahun 1985 sampai tahun 2020 jumlah siswanya 5500 dari wilayah Kecamatan Suradadi, Kramat, Tarub dan dari luar kota.  “Sedangkan jumlah gurunya 42 guru dan staf kantor. Yang PNS ada tiga guru, “ ungkapnya mantap.

 

Pengalaman yang paling berkesan bagi Abah Khozin saat akan membangun gedung MTs Jatibogor, dimana pada waktu itu ia tidak punya uang dan hanya dengan modal Rp. 750.000,- “Uang itu pun saya gunakan untuk membikin mbeler, “ kenangnya penuh keharuan.

 

Pada tahun 1989, kata Abah Khozin, dirinya mencoba rapat mengundang para pendiri ditambah tokoh Jatibogor lainnya, yang dihadiri sekitar 25 orang. “Karena saat itu mau ada akreditasi dari Semarang. Singkat cerita hasil rapat membentuk pengurus yayasan karena waktu itu memang belum ada lembaga atau yayasan, hingga sampai terpilih Ketua Yayasan Pendidik Islam Al-Ishlah MTs Jatibogor adalah Bapak KH. Tasori, “ ucapnya penuh semangat.

 

Kemudian, membentuk Panitia Pembangunan dan yang ditunjuk menjadi Ketua Pembangunan adalah Abah Khozin. “Disitulah menurut saya yang paling berkesan karena setelah saya jadi Ketua Pembangunan. Peserta rapat saya bagi kertas untuk diisi ikrar jariyah yang tidak saya duga setelah kertas ikrar jariyah itu diisi berupa matrial tidak pakai nominal uang. Setelah dihitung bisa untuk membikin 4 kelas. Mereka antar matrialnya sepekan kemudian, “ tutur Abang Khozin penuh rasa syukur.

 

Setelah matrial terkumpul jariyah dari para aghniya, Abah Khozin mengaku sempat bingung karena tidak punya uang untuk ongkos membayar tukang. “Saya konsultasi sama Kades Jatibogor untuk mengumpulkan tukang se-desa Jatibogor diundang di Balai desa, Alhamdulillah jumlah yang hadir 71 orang. Dalam forum musyawarah, mereka diminta tenaganya tapi gratis. Ternyata disambut dengan gembira, Alhamdulillah berkat semangatnya mereka hanya dua pekan pondasi 4 kelas kelar. Saya tidak mengeluarkan uang untuk ongkos. Makan tukang juga dari masyarakat. Diluar dugaan respon dan semangat masyarakat dalam pembangunan MTs sungguh sangat luar biasa. Untuk melanjutkan pembangunan tersebut Al-hamdulillah dana mengalir jariyah dari masyarakat, “ tutur Abah penuh senyum rasa syukur.

Abah Khozin menyampaikan tantangan dalam mengelola MTs Jatibogor,  bahwa semakin siswa tambah banyak tentu sarana prasarana sangat dibutuhkan untuk nambah kelas “Saya harus semangat minta bantuan untuk memenuhi kebutuhan, “ ujar Abah Khozin optimis.

 

Menurut, Abah Khozin, suka dukanya dalam mengelola MTs Jatibogor, yakni sukanya Alhamdulillah lewat lembaga ini ia bisa ikut andil dalam mengisi pembangunan desa Jatibogor untuk mencerdaskan anak bangsa. Dukanya tentu bila sarana yang dibutuhkan belum tercukupi sementara dana untuk menopang sarana tidak ada. “Tapi itulah indahnya irama perjuangan, kita pantang menyerah, “ ungkap Abah Khozin penuh semangat.

 

Harapan dan impian Abah Khozin ke depan ingin mewujudkan adanya pondok pesantren dan lembaga pendidikannya tidak hanya tingkat SLTP tapi sampai perguruan tinggi sesuai AD/ART Yayasan. “Semoga ada jalan, “ ujar Abah Khozin penuh pengharapan.

Saat ditanya, bagaimana bentuk perhatian pemerintah desa maupun pemerintah pusat terhadap MTs Jatibogor? Dengan tenang, Abah Khozin memberikan jawaban, “Kita ada perhatian, walau belum maksimal. Dari pusat ada dana BOS, pernah juga dapat Bantuan RKB, rehab dan mebeler walau tidak sering. Dari Pemdes belum menyentuh anggaran untuk bantuan ke MTs Jatibogor. Semoga Pemdes bisa menyisihkan anggaran untuk pendidikan, Pengin punya kepala desa yang bisa memikirkan kemajuan pendidikan lewat anggaran desa.”

 

Abah Khozin menyebut karakter masyarakat Jatibogor sebenarnya bagus, hanya saja asal yang menjadi tokoh bisa menjadi panutan mereka mudah mengikuti. “Satu contoh dalam pemilihan kepala desa (pilkades) kemarin saya mencoba kumpulkan tokoh muda dan tua untuk jangan ada money politik, sudah sepakat, tapi tokohnya sendiri ada yang tidak menghormati keputusan. Hanya 16 persen saja yang No Money Politik. Saya tahu masyarakat Jatibogor adalah masyarakat religi asal ada uswatun khasanah. Buktinya dalam urusan Infaq dan shodaqoh sangat besar Abah Khozin,

 

Abah Khozin menyampaikan harapan dan impian untuk Jatibogor 10 tahun ke depan dapat maju berkembang pesat. “Jadi desa maju paling tidak sudah terwujud SLTA negeri, “ pungkas Abah Khozin sumrungah

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :