Wanita Muslimah Indonesia Menganut Filosofi Pohon Kelapa, Bermanfaat untuk Semuanya

KabareTegal – Lagi, sebuah komunitas wanita berdiri dan kini sedang tumbuh berkembang.

Wanita Muslimah Indonesia (WMI) adalah sebuah komunitas yang didirikan dengan tujuan memberikan wadah bagi muslimah untuk bersilaturahmi dan bersinergi menjadi sosok muslimah yang kreatif, inovatif, dan produktif.

“Awal terbentuknya Wanita Muslimah Indonesia dari Pemilihan Wanita Muslimah Indonesia Jawa Tengah yang waktu itu tempatnya di Kabupaten Tegal, pesertanya 223 orang, “ kata Dr. Aliefety Putu Garnida, CHt.MH.Kes.MARS.M.Psi, selaku Ketua Umum sekaligus Founder Wanita Muslimah Indonesia, kepada wartawan, seusai rapat pembentukan Panitia Pelantikan WMI Bekasi, di Kantin Bu Ida, PT. PLN Indonesia Power (IP), Jl. Gatot Subroto No.18, Jakarta Selatan, Senin (22/9/2025).

Lebih lanjut, Mami Fie, sapaan akrabnya, menerangkan grup WAnya tidak mau dibubarkan.

“Pikir-pikir mami kalau ketemu hanya makan-makan dan memakai dresscode memakai pakai merah-putih-biru-hijau dan sebagianya sudah biasa jadi terpikir untuk buat kegiatan sosial,“ terangnya.

Menurut Mami Fie, waktu itu pandemi Covid-19, ia mengajukan proposal ke Bupati Tegal di-acc dan mendapat dukungan.

“Kemudian, ke wilayah lain, Kota Tegal, Brebes, Pekalongan, dan seterusnya, Alhamdulillah, hingga tak terduga ke seluruh Indonesia. “ tuturnya penuh rasa syukur.

Mami Fie menyampaikan pihaknya sonding ke pemerintah daerah untuk memberikan dukungan dan ternyata didukung.

“Kegiatan kami banyak sekali, antara lain, kemanusiaan, keagamaan, sosial, budaya, pendidikan, pariwisata, kesehatan, industri kreatif, wirausaha, pemberdayaan wanita, perlindungan anak-remaja, serta kerjasama lintas profesi, “ paparnya.

Selain membentuk komunitas wanita muslimah di Indonesia yang aktif dalam berbagai kegiatan tersebut, kata Mami Fie, WMI juga berfokus pada edukasi dan pelatihan, serta mendorong pemanfaatan teknologi informasi dalam mengembangkan usaha para wanita muslimah.

“Selain itu, WMI berusaha mengangkat citra positif hijab dan merangkul individu yang sedang proses berhijab melalui sosialisasi hijab dan kegiatan positif yang berkaitan dengan Islam, wanita, dan hijab, “ uraiannya.

Saat ditanya, apa suka duka selama menangani WMI?

Dengan tenang, Mami Fie memberikan jawaban, “Awalnya dari konsep berpikir. kalau WMI dari awalnya punya niatnya mengedepankan kebersamaan dalam kesederhaan. Apalagi anggotanya kebanyakan perempuan pasti ada pro-kontranya. Di organisasi ini ada yang ingin menjadi utama. Ibaratnya matahari kan hanya satu, kalau semua ingin menjadi matahari kan panas, akhirnya pecah.”

Mami Fie menyebut WMI menganut filosofinya adalah pohon kelapa, biasanya kalau organisasi dari atas ke bawah, tapi kalau di WMI tidak, filosofinya dari akar dulu sampai kuat, pohon kelapa bermanfaat untuk semuanya.

“Walaupun WMI terbentuk dari kota kecil kabupaten Tegal, tapi tidak diduga atas izin Allah bisa berkembang menjadi sekarang ini, meskipun belum besar, tapi untuk pencapaian sejauh ini alhamdulillah kami syukuri,” ungkapnya mantap.

WMI sekarang sudah banyak cabangnya, kata Mami Fie, di antaranya di Hongkong, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Turki, Belanda dan akan buka di Australia.

“Itu wanita-wanita muslimah yang butuh wadah silaturahmi, “ tegasnya.

Mami Fie membantah bahwa WMI ini bukan organisasi yang sosialita.

“Kami merangkul seluruh lapisan masyarakat, setidaknya wadah silaturahmi ini bermanfaat bagi banyak pihak, “ pungkas Mami Fie optimis.***

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan, ini lahir 27 Mei 1971 di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, Jawa Tengah. Tinggal di Jakarta, bekerja sebagai wartawan. Puisi-puisinya masuk sekitar 80 buku antologi komunal (1994-2025). Buku antologi puisi tunggalnya; Penyeberangan ke Masa Depan (Yayasan Sastra Gading, 1997), Cakrawala Menjelang (Yayasan Aksara Indonesia, 2000), Memo Kemanusiaan (Balai Pustaka, 2022). Novelnya: Jejak Gelisah (2005) diterbitkan Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo, Gramedia Group), Chemistry (Bubble Books, 2018), Pocinta (Prabu21, 2021). Catatan tentang kesastrawanannya masuk dalam Bibliografi Sastra Indonesia (2000), Leksikon Susastra Indonesia (2001), Buku Pintar Sastra Indonesia (2001), Leksikon Sastra Jakarta (2003), Ensiklopedi Sastra Indonesia (2004), Gerbong Sastrawan Tegal (2010), Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017), dan lain-lain. Karya-karyanya sudah banyak dijadikan bahan penelitian dan skripsi tingkat sarjana. Memenangkan Lomba Cipta Puisi Perguruan Tinggi se-Yogyakarta (1999) dan Pemenang Favorit Sayembara Mengarang Puisi Teroka-Indonesiana "100 Tahun Chairil Anwar" (2022).

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *