Sayudi, sebuah nama yang sekarang selalu dihubung-hubungkan dengan kemunculan brand baru warteg. Setelah sukses dengan warteg Kharisma dan warteg Mamoka, ia kini melahirkan lagi brand baru warteg Subsidi. Semua itu satu kesatuan group yaitu Kharisma Bahari Group.
Selama ini, image warteg itu kumuh, Sayudi mengubahnya menjadi warteg yang bersih. Bahkan terlihat sangat elegan. Visinya begitu revolusioner sebagai pengusaha warteg digital yaitu makan di warteg nantinya tak hanya pakai uang tunai tapi juga bisa dengan kartu e-money.
“Aku memakai nama Subsidi karena banyak banget merek-merek warteg yang bermunculan dan terkesan meniru-niru warteg Kharisma Bahari yang lebih dulu dikenal. oleh karena itu aku berusaha kreatif dengan bikin brand baru Subsidi, “ kata Sayudi saat dihubungi KabareTegal, Kamis (2/1/2020).
Lelaki kelahiran Tegal, 21 Juli 1973 itu lebih lanjut membeberkan pemakaian nama Subsidi. “Aku kasih merek Subsidi karena memang dari sekian banyak orang di Jabodetabek rata-rata berpenghasilan menengah bawah. Aku kasih merek itu karena memang ada beberapa menu yang harganya bawah. Itu yang kami sebut subsidi-nya dan yang harganya low juga yang menu banyak diminati orang, “ beber suami Khotimah dan ayah dari tiga anak, yakni Tommy Alexander, Dhimas Yudho Prasetyo, dan Muhammad Prima Rizky ini.
Menurut Sayudi, yang paling memotivasi untuk usaha warteg Subsidi bukan perorangan, tapi karena aku melihat orang kita cenderung suka dengan sesuatu yang ada discound-nya. “Jadi aku coba ambil ini inspirasinya ya dari diri saya sendiri yang melihat pasar pada umumnya, “ ungkapnya mantap.
Sayudi menyebut warteg Subsidi sekarang baru ada 60 cabang. “Adapun, tahun 2020 rencananya kami bukan buka berapa cabang lagi, kami tidak melihat angka, tapi sebanyak mungkin, “ ujarnya penuh percaya diri.
Saat ditanya, apa yang istimewa atau membedakan warteg Subsidi dengan warteg-warteg lainnya? Dengan tenang, Sayudi memberikan jawaban, “Yang membedakanya harganya, walau merek Subsidi tapi makanannya tetap bagus dan warungnya juga tidak asal kami buat, tetapi kayak warteg-warteg modern seperti sekarang, bahkan sudah ada beberapa warteg Subsidi yang ruangannya sudah ada AC-nya.”
Warteg Subsidi, lanjut Sayudi, ada hubungannya dgn warteg Kharisma dan warteg Mamoka. “Semua itu satu group yaitu Kharisma Bahari Group, “ tegas Sayudi.
Untuk membuka cabang warteg Subsidi, kata Sayudi, syaratnya mudah hanya dana saja. “Kalau belum punya kios team kami akan mencarikan kios. Adapun, biaya franchise-nya antara 125 sampai 150 juta cukup sekali, tidak ada royalti, karena kami sistim jual putus. 125 sampai 150 juta itu belum termasuk sewa kiosnya, “ terang Sayudi.
Sayudi menyampaikan, tantangannya dalam mengelola warteg dibanding dengan usaha-usaha lainnya, bahwa warteg lebih mudah disaingi. “Karena modalnya tidak begitu besar.dan warteg makanan yang banyak disukai dan cocok untuk lidah orang Indonesia. jadi tantanganya lebih ketat, makanya kami terus berupaya selalu memperbaiki secara masakan ruangan kebersihan, “ papar Sayudi.
Harapan Sayudi ke depan dalam mengelola warteg Subsidi tentu ingin lebih maju dan berkembang. “Agar orang tidak memandang sebelah mata lagi tentang warteg yang selama ini dikenal hanya di kalangan bawah, “ pungkas Sayudi sumringah.