Dina Mariana Masih Terobsesi untuk Rekaman Lagu Lagi

Dina Mariana Heuvelman atau yang lebih dikenal dengan nama Dina Mariana termasuk seorang penyanyi sejati. Eksis sejak dulu sebagai artis penyanyi cilik era tahun 70 dan 80-an bersama Adi Bing Slamet, Ira Maya Sopha, Diana Papilaya, Nourma Yunita, Sari Yok Koeswoyo, Iyut Bing Slamet, dan Chicha Koeswoyo. Hiingga sekarang Dina masih tetap eksis sebagai penyanyi. Bahkan ia masih terobsesi untuk rekaman lagu lagi, tapi tentu tidak ngoyo dan tidak terikat dengan target waktu tertentu.

 

Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Dina masih tetap membaktikan dirinya untuk perkembangan dan kemajuan musik di Tanah Air dengan turut serta di berbagai organisasi, terutama organisasi musik seperti di antaranya PAPPRI yang baru saja menggelar acara silaturahmi dan diskusi seputar tema fenomena jagat musik terkini, yaitu youtube.

 

“Saya sampai sekarang masih tetap nyanyi, meski of air, dan saya juga aktif berorganisasi di PAPPRI, “ kata Dina Mariana Heuvelman kepada KabareTegal di sela acara Silaturahmi PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia) di AlberoMusic Bar and Lounge, kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (26/1/2020).

 

Perempuan kelahiran Jakarta, 21 Agustus 1965 itu aktif dalam kepengurusan PAPPRI Masa Bakti tahun 2017-2022. “Saya sebagai Anggota Bidang Hubungan Luar Negeri bersama Tika Bisono, Mahavira Wisnu dan Maya Angela, “.terang artis yang memiliki darah Belanda dari ayahnya dan Gorontalo dari ibunya.

 

Menurut Dina, PAPPRI banyak berperan dalam perkembangan dan kemajuan musik Tanah Air. “PAPPRI berguna dan sangat bermanfaat tidak hanya untuk para anggota PAPPRI saja, tetapi juga untuk seluruh pelaku musik dan masyarakat Indonesia, “ ungkap istri dari Radian Ratulangi Sugandi dan ibu dari tiga orang anak, Ezra Mandira Sugandi (anggota grup musik HiVi!), Ewaldo Andipo Sugandi, dan Elyshia Nashira Ramandina Sugandi, ini mantap.

 

Dina menyebut tantangan semakin banyak seiring perjalanan waktu musik dan industrinya terus berjalan. “Sehingga semakin banyak juga PR-nya seperti kasus pembajakan, perlunya union artis, perlunya Undang-Undang Musik, sertifikasi pekerja musik dan lain lain yang sangat mendesak memang harus segera diwujudkan, “ tegas Dina.

 

Seperti sekarang ini, lanjut Dina, PAPPRI menggelar acara silaturahmi dan juga diskusi.  Biasanya artis penyanyi lebih seringnya ketemu dengan artis penyanyi di panggung, pencipta lagu dengan pencipta lagu atau pemusik. “Sekarang kami ketiga-tiganya artis penyanyi, pencipta lagu dan pemusik yang jarang bertemu bisa silaturahmi dan juga diskusi mengenai perkembangan terkini, yaitu youtube, “ bebernya.

 

Dina memandang perkembangan musik dulu dengan sekarang berbeda seiring dengan perkembangan zama. “Dulu tidak setiap orang punya alat perekam, kita harus ke studio untuk rekaman jadi otomatis perlu modal besar, mulai dari rekaman, mix mastering, promo, pemasaran dan lain-lain. Sedangkan, sekarang setiap orang bisa rekaman di rumah masing-masing, dengan handphone sudah bisa rekaman, atau dengan tiktok sudah bisa viral dan kemudian bisa cepat terkenal, “

 

Dina masih punya obsesi untuk rekaman lagu lagi, tapi tidak ngoyo dengan target waktu tertentu. “Saya masih nyanyi meski off air, tapi juga tidak dengan target karena faktor U, Saya sekarang masih terus menjaga silaturahmi dengan berbagai profesi dalam banyak organisasi, baik organisasi pengajian, maupun organisasimusik, “ tegas Dina.

 

Kalau ada tawaran tampil untiuk of air, Dina tetap menerima menyanggupinya karena baginya itu rejeki dan rejeki memang tidak boleh ditolak. “Intinya, saya tidak menargetkan, tapi masih tetap menyanyi, “pungkas Dina sumringah.

 

Selama kariernya dalam dunia entertainment, Dina telah merilis 35 album dan membintangi 21 film layar lebar, 1 Sinetron seri 26 episode, dan 3 sinetron lepas. Pada Ramadhan 1428 H (September 2007), Dina merilis album bertajuk title “12 Kumpulan Lagu Anak Indonesia”, dengan hits Jalan Menuju Allah ciptaan AT Mahmud.

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :