Jejak Romantika Hidup Naning dalam Sajak

Puisi termasuk salah satu karya yang sangat personal dari penulis. Kemudian, jika puisi bisa melibatkan pembaca dalam romantika hidup yang dialami penulisnya tentu karena puisi-puisinya mengena di benak pembaca. Ada kedalaman penulis yang perenungan mendalam. Demikian yang mengemuka dari buku ‘Melankolia; Puisi dalam Lima Bahasa’ karena Naning Scheid. Sebuah buku yang menyiratkan jejak romantika hidup Naning dalam sajak.

 

Buku ini memuat 20 puisi yang terdiri dari lima bahasa, mulai dari bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Inggris, bahasa Perancis, dan bahasa Belanda. Kelima bahasa tersebut dapat dipahami dari bahasa Indonesia, “bahasa nasional” Naning sebagai warga negara Indonesia, lalu diterjemahkan dalam bahasa Jawa, “bahasa ibu” Naning sebagai orang Jawa, hingga kemudian diterjemahkan dalam tiga bahasa internasional, bahasa Inggris, bahasa Perancis, dan bahasa Belanda, “bahasa tempat tinggal” Naning yang sekarang tinggal di Belgia sebagai warga dunia.

 

Puisi-puisi dalam buku ini tampak ditulis Naning di berbagai tempat, seperti diantaranya Jakarta, Semarang, Yogyakarta. Simaklah, misalnya, puisi “Bulan dari Balik Dinding Jakarta” dengan larik-larik puitiknya pada bait pertama: //Di Grogol Petamburan,/ bulan searo manis berbiji,/ dinding persegi empat pucat,/ gambar awan di atap putih,/ Sungai hitam di dalam gelas, pekat/ – seteguk hangat, membasah gigi./ Histeris para neurosis -/ dua butir Thorazine,/ beribu halusinasi kasih abadi.// Puisi dengan kata-kata sederhana tapi maknanya tentu tak sederhana, bahkan menyiratkan pengalaman mendalam dari Naning, sang penulis.

 

Puisi “Bulan dari Balik Dinding Jakarta” ini “dipotret” Naning dari sudut personal dirinya saat berada di Jakarta. Daerah Grogol Petamburan tentu sudah disinggahi oleh banyak orang tapi dalam persinggahannya tentu tak bisa sama persis dialami Naning, tapi membaca kata Grogol bisa memicu ingatan dan imajinasi pembacanya dengan banyak hal serta berbagai peristiwa.

 

Kemudian, “bulan separo manis berbiji”, “dinding persegi empat pucat”, “gambar awan di atas putih”, kalimat-kalimat yang dibuat Naning tentu imajinasi tersendiri. Disini, kita dapat katakan Naning kreatif menciptakan penambahan baru dalam kalimat keseharian kita.

 

Membaca puisi-puisi dalam buku ini, kita seperti diajak ke berbagai tempat dengan pengalaman imajinatif Naning yang memacu kita untuk berpikir kreatif, bahkan membuat kita menyelam dalam perenungan mendalam.

 

Keistimewaan buku ini tentu dalam wujud lima bahasa. Tampaknya Naning yang notabene pengajar bahasa Inggris tampaknya memang puisi-puisi karyanya ingin dibaca masyarakat seluas-luasnya, tak hanya di Jawa, Indonesia, bahkan dunia internasional.

 

Data buku:

Judul Buku      : Melankolia; Puisi dalam Lima Bahasa

Penulis                        : Naning Scheid

Penerbit          : Pustaka Jaya, Bandung

Cetakan           : 2020

Tebal               : 136 halaman

ISBN                : 978-623-221-691-4

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :