22 Seniman Gali Kisah Personal di Galeri Neo

Kabaretegal – Galeri Neo menghelat pameran bersama seniman senior dan yunior pada 6 Agustus sampai 1 September 2024 ini. Sejumlah 22 orang yang terpilih dalam proses kurasi, yang mana seniman-seniman itu mencoba memaparkan amunisi estetiknya lewat gambaran pengalaman unik ambang bawah sadarnya.

Pameran bersama ini, yang berlokasi di lantai 2 Level M, Jl. Tanah Abang IV No. 23-25, Jakarta Pusat, membawa tajuk Pameran Speaking The Unspeakable, yang bermakna ziarah batin seniman menuturkan yang tak terkatakan.

“Pameran mengungkap sejumlah etape pengembaraan batin,–dalam fase penjelajahan yang dijuluki Yang Simbolik dalam Psikoanalisa–terutama fase penciptaan karya sebagai sejenis katarsis. Simbol-simbol dan teks visual saling berkelindan dan memberi makna-makna sangat intim bagi perupa”, ujar Kurator Bambang Asrini Widjanarko. “Tak heran, jika seniman mengalami krisis pada etape tertentu dalam pengalaman hidupnya, justru mereka makin meluap daya artistiknya”, imbuhnya.

Sementara itu pemilik Galeri Neo, Randy Oenardi Raharjo menyatakan bahwa galeri NEO berupaya menghadirkan sesuatu yang baru dan membeda. “Pameran Speaking the Uspeakable adalah upaya kita menghadirkan kurasi terbaik karya seniman kontemporer, yang kali ini bersentuhan dengan perspektif psikoanalisa dan kaitannya dengan seni, yang mengungkap pengalaman-pengalam tak terkatakan sang seniman’, ujarnya.

Randy juga menyampaikan bahwa Galeri NEO sangat terbuka bekerjasama dengan seniman, kolektor, dan seluruh pemangku kepentingan dalam dunia seni rupa Indonesia dengan kemitraan yang terbuka di masa-masa mendatang, untuk memamerkan seniman terbaik, baik melalui pameran solo dan bersama namun tetap menjaga kualitas.

Seniman-seniman seperti nama-nama tersebut dibawah ini, cukup menjadi magnet bagi pencinta seni Indonesia seperti Anagard, Arahmaiani, Asmujo Jono Irianto, Bestrizal Besta, Dedy Sufriadi, Diyanto, Entang Wiharso, Haris Purnomo, Hedi Hariyanto, Heri Dono, Irina dan Andrea, Ismanto Wahyudi, Oky Rey Montha, Hasan, Kukuh Nuswantoro, Ronald Manullang, Rudi Hendriatno, Nindityo Adipurnomo, Taufik Ermas, Teguh Ostenrik, Tenesse Caroline, Yani Mariani.

Bambang Asrini Widjanarko, selalu Kurator juga menjelaskan bahwa seniman-seniman diatas, yang bekerja secara kolaboratif pun yang individual–, yang sudah senior, madya serta yang masih meniti karir awal, menawarkan berbagai ekspresi seni. Seperti pilihan menggunakan visualisasi secara puitik, mewakilkan sosok-sosok figuratif, bernarasi penjelajahan kekacauan visual, juga yang memancarkan euphoria-kegembiraan bahkan sampai yang tak terindera dengan corak abstraktif.

Yang menjadi lebih unik, eksibisi seni ini menampilkan karya kolaborasi seniman senior Arahmaiani dan seniman street Art Anagard yang memanggungkan huruf Arab Pegon berjuluk I Love You. Saat sama di fasad Galeri Neo tertera teks puitik tentang idealisasi seniman tentang dirinya dan relasinya dengan orang lain, lewat pusi Chairil Anwar yang tertera di dinding serta patung kontemplatif milik perupa dan kurator Asmujo Jono Irianto.***

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :