Direktorat Film, Musik dan Media Baru, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI. Sebuah direktorat baru pengganti Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbang Film) tampaknya tidak berubah untuk tetap siap memajukan dunia perfilman. Hal tersebut mengemuka dari Halal Bihalal Webinar Online Direktur Film, Musik dan Media Baru bersama Demi Film Indonesia pada hari Senin (25/5/2020) yang diikuti oleh sejumlah wartawan dan narasumber lain dengan aplikasi zoom dari rumah masing-masing.
“Kita belum dapat menjalankan program, tetapi banyak program yang sudah kita siapkan untuk memajukan dunia perfilman, “ kata Direktur Film, Musik dan Media Baru Ahmad Mahendra.
Lebih lanjut, Mahendra menerangkan, bahwa janji presiden adalah melakukan program film dan musik. “Fokus kita adalah meningkatkan SDM. Kita perbanyak SDM film, memperkuat sekolah film yang kadang tidak terkait kebijakan film. Apakah kurikulumnya atau prakteknya, “ terang Mahendra.
Menurut Mahendra yang baru dilantik Januari 2020, bahwa direktorat juga akan memperkuat vokasi dan distribusi. Jika selama ini bioskop hanya ada di kota besar, direktorat akan bekerjasama dengan pemda dan komunitas. “Kita akan sampai ke kabupaten untuk membangun bioskop baru. Kita akan membuat platform berbayar, sehingga mempercepat distribusi. Dengan teknologi akan kita bantu sehingga mempercepat apresiasinya, “ papar Mahendra.
“Untuk memperkuat konten film Indonesia, direktorat bekerjasama dengan pemda, misalnya, mengadakan pelatihan pembuatan skenario, “ tegas Mahendra.
Sementara itu, Ketua GPBSI Djonny Syafruddin menanggapi pernyataan Mahendra dengan menyampaikan pesan untuk memperbaiki pajak hiburan. Saat pajak bioskop masuk kategori pajak hiburan yang mencapai 30 persen. “Pemerintah pusat, apakah melalui revisi dari Kemendagri dan Kemenkeu, pajak itu cukup 10 persen. Tarif itu harus sama semua daerah. Cari yang mudah dulu. Tentang nobar itu kita kan pernah beli mobilnya. Dimana itu sekarang?” kata Djonny.
Selama Pandemi Covid-19 bioskop di seluruh Indonesia tutup sampai saat ini masih menunggu situasi kondusif. “Kita wait and see untuk buka bioskop kembali di Jakarta. Daerah juga tergantung Jakarta, “ tambah Djonny.
Kalangan produser juga termasuk yang terkena pukulan dengan adanya pandemi Covid-19 ini. namun menurut Firman Bintang, produser Indonesia sudah berpengalaman menghadapi hal itu. “Produser yang ada sekarang umumnya sudah terbiasa menghadapi pasang surut. Saya kira kalau keadaan normal, produser kita akan segera bangkit, “ kata Firman, seraya meminta agar anggaran dari pemerintah digunakan untuk membantu masyarakat film.
Sutradara Anggie Umbara mengungkapkan banyak pekerja film yang kondisinya sangat memprihatinkan karena terdampak Pandemi Covid-19. Dia berharap ada bantuan dari pemerintah untuk menyelamatkan pekerja film. “Kita harus tetap menggaji karyawan kita. P’H-PH besar sudah mulai merumahkan karyawan. Kalau tiga bulan begini terus, mungkin kita akan jual barang, “ kata Anggi.
Anggota LSF Noorca Massardi menjelaskan, bahwa film yang tayang di televisi tidak hanya melalui sensor, tapi ada juga KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Hal tersebut menanggapi pertanyaan audiens mengenai peranan LSF terhadap film yang tayang di televisi.
Adapun, aktris Putri Ayudya berharap ada aturan yang jelas bagi pekerja film yang akan melakukan syuting film. “Apakah setiap syuting film perlu melakukan rapid tes atau tidak, dulu BPI pernah mengeluarkan panduan itu, tapi sampai sekarang belum disyahkan, “ kata Putri.