Buku Biografi Yono Daryono, Catatan Penting bagi Kesenian & Kebudayaan di Kota Tegal

KabareTegal – Umur 70 tahun tampaknya menjadi momen yang begitu sangat istimewa bagi seniman terkemuka Tegal, Yono Daryono, yang mengaku tak pernah merayakan ulang tahunnya. Tapi ternyata di umur 70 tahun, keluarga menghadiahkan sebuah kado ulang tahun berupa buku biografi yang berjudul ‘Yono Daryono; Dari Sunyi Gelombang ke Riuh Panggung’ yang diterbitkan oleh Penerbit Ruang Baca Spasi.

Sebuah penerbit milik kedua putranya, Wicaksono Wisnu Legowo dan Gendra Wisnu Buana, yang galeri seninya Spasi Creative Space dijadikan tempat respresentatif untuk peluncuran sekaligus juga diskusi buku tersebut.

Peluncuran dan diskusi buku biografi Yono Daryono dihadiri para seniman lintas generasi, mulai dari tiga serangkai tokoh Teater RSPD, Eko Tunas, Sisdiono Ahmad, Slamet Legowo, sahabat dekat Yono Daryono.

Kemudian, ada Andi Kustomo, Rudi Iteng, Zaenal Abidin, Marjo Klengkam Sulam, Atmo Tan Sidik, Lutfi AN, Enthieh Mudakir. Bontot Sukandar, Hendri Yetus Siswono, Nurochman Sudibyo YS, Diah Setyawati, Abiet Sabariang, Olis Tejal, Nindra, Abdullah Sungkar, dan lain-lain.

Ada juga seniman-seniman muda Tegal yang tergabung dalam Teater Qi pimpinan Rudi Iteng, yang mementaskan penggalan pertunjukan adaptasi novel ‘Kutil’ karya Yono Daryono dan Ubaidillah.

Buku ini tak hanya sebagai sebuah penghormatan, namun juga catatan sejarah yang penting bagi dunia kesenian dan kebudayaan di Kota Tegal.
Putra kedua Yono Daryono, Gendra Wisnu Buana menyampaikan, proses pembuatan buku biografi dimulai sejak November 2024. Inisiatif penulisan diawali bersama sejarawan Wijanarko yang menyusun fondasi narasi sejarah perjalanan hidup dan karya Yono Daryono.

Penulisan kemudian dilanjutkan oleh dua penulis Ubaidillah dan Zachira Indah, yang menghadirkan sudut pandang lebih segar dan naratif.
“Buku ini adalah bentuk cinta kami kepada Bapak. Tapi lebih dari itu, kami ingin warisan pemikiran, karya dan perjuangannya tetap hidup dan dikenang, “ ujar Gendra di sela peluncuran buku yang digelar secara sederhana namun penuh kehangatan di Galeri Seni Spasi Creative Space Tegal, Kamis (10/4/2025) malam.

Menurut Gendra, biografi ini tak hanya memuat kisah pribadi dan perjalanan kesenian ayahnya, tetapi juga konteks sosial budaya yang melingkupinya.

Melalui tulisan-tulisan yang disusun dengan riset mendalam, buku ini diharapkan dapat menjadi transmisi pengetahuan bagi generasi penerus, khususnya para pegiat seni di Tegal.

“Yono Daryono bukan hanya milik keluarganya, tapi juga milik kebudayaan kita. Buku ini menjadi pengikat antara masa lalu dan masa depan, “ ungkap Gendra.

Peluncuran buku ini menjadi penanda bahwa dedikasi Yono Daryono terhadap seni dan budaya yang tak berhenti pada karya, tapi juga pada upaya pelestarian dan edukasi. “Sebuah jejak yang tak hanya dikenang, tapi juga diteruskan, “ Gendra menegaskan.

Pada sesi diskusi menghadirkan Halim HD, networker kebudayaan, beserta dua penulis buku biografi tersebut, yakni Ubaidillah dan Zachira Indah, yang dipandu moderator Faozan Suwage.

Halim HD yang banyak mengetahui proses kreatif Yono Daryono dalam berkesenian, memberikan gambaran sosok seorang Yono Daryono.

“Daryono itu seorang organizer yang andal dan piawai, “ ujarnya.
Lebih lanjut, Halim mengajak pengunjung untuk membayangkan produktifitas penulisan lakon dan teater. “Keberhasilan Daryono menyutradarainya menjadi bukti nyata bahwa dia mampu mengelola sistem produksi, “ terangnya.

Menurut Halim, bukti pengelolaan sistem produksi itu menjadi wujud kapasitas dan kompetensi Daryono dalam menciptakan relasi sosial ke berbagai lapisan lingkungan masyarakat.

“Pada posisi itulah maka Daryono dikenal oleh kaum seniman dan jurnalis di berbagai kota sebagai figur kesenian dan identik dengan Tegal serta semua peristiwa yang terjadi, “ tegas Halim.

Sementara itu, Ubaidillah, yang notabene adalah anggota Teater RSPD pimpinan Yono Daryono, juga tentu cukup dekat mengenal Yono Daryono itu yang banyak melakukan wawancara dalam membuat buku biografi tersebut.

Adapun, Zachira Indah, novelis muda, yang mewakili generasi muda yang baru mengenal sosok ketokohan Yono Daryono, tampak mengaguminya.
Bahkan Indah mengaku heran dengan banyaknya talenta yang dimiliki Yono Daryono.

“Bagaimana Mas Yono mengawali harinya di pagi, apakah akan menulis sajak, artikel, cerpen atau lakon drama, apakah hari ini akan bertemu dengan siapa atau mau kemana?” demikian Indah dibuat keheranan dengan bakat multitalenta yang dimiliki Yono Daryono dalam berkesenian.

Sebagai informasi, Yono Daryono merupakan pria kelahiran Tegal, 25 Maret 1955 yang berkiprah dalam kesenian dan kebudayaan.

Ketua Dewan Kesenia Kota Tegal (DKT) dua periode (2018-2024) ini memulai menulis ketika kelas dua SMA lewat karyanya berbentuk sajak, artikel, dan cerpen yang dimuat di berbagai media cetak, baik daerah maupun nasional.

Selain itu, ia juga menulis lakon drama antara lain Umar Khatob (1982), Roro Mendut (1983), Masih Muda (1983), Ronggeng-Ronggeng (1986), Mandor (1987), Braen (1987), Adipati Anom (menjadi salah satu pemenang penulisan naskah drama terbaik se-Jateng,1988), Palagan Kurusetra (1991), Opera Gajah Atawa Abrahah (2003), Opera Sebayu (2006), Sunan Panggung (2007), Opera Brandal Mas Cilik (2008), dan lain-lain.

Darbol -sapaan akrab Yono Daryono- banyak berkecimpung dalam kegiatan kesenian di kotanya.

Pada tahun 1978 bersama Eko Tunas dan YY Haryo Guritno serta kawan-kawan lainnya, mendirikan Teater RSPD. Tahun 1981 mendirikan Studi Group Sastra Tegal (SGST). Sampai sekarang menetap di Kota Tegal dalam kegiatannya sehari-hari sebagai Pengelola Radio Sebayu Pro FM, dan koresponden RCTI, pernah menjadi Dosen Luar Biasa di FKIP UPS Tegal, jurusan Bahasa dan Sastra, Bidang Studi Drama.

Peraih Penghargaan Pakarti Seni dari Walikota Tegal (2008) ini juga dikenal dengan perannya sebagai Mang Damin dalam sinetron “Tukang Bubur Naik Haji”.***

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

4 Comments on “Buku Biografi Yono Daryono, Catatan Penting bagi Kesenian & Kebudayaan di Kota Tegal”

  1. Новый летний период обещает быть ярким и экспериментальным в плане моды.
    В тренде будут свободные силуэты и игра фактур.
    Актуальные тона включают в себя природные тона, создающие настроение.
    Особое внимание дизайнеры уделяют деталям, среди которых популярны объёмные украшения.
    https://mvmedia.ru/
    Снова популярны элементы ретро-стиля, интерпретированные по-новому.
    На подиумах уже можно увидеть смелые решения, которые поражают.
    Не упустите шанс, чтобы чувствовать себя уверенно.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *