KabareTegal.com, Tegal – Festival Film Tegal (FFT) 2019 yang telah usai digelar beberapa waktu itu tampaknya menjadi salah satu barometer kemajuan sineas Tegal. Marjo Klengkam Sulam, yang meraih penghargaan Sutradara Terbaik FFT 2019 menjadi sosok yang inspiratif. Dunia penyutradaraan sudah mendarah daging pada diri Marjo yang telah menggeluti penyutradaraan dalam tiga dasawarsa lebih sejak ia menimba ilmu di Sekolah Guru Olahraga (SGO) Negeri Tegal, tahun 1988.
Film ‘Krenteg’ jadi bukti nyata kepiawaian Marjo Klengkam Sulam dalam menyutradarai film dengan dirinya meraih penghargaan Sutradara Terbaik FFT 2019. Selain itu, film produksi Desa Sinema Kepunduhan yang diadaptasi dari cerpen ‘Berangkat’ karya Akhmad Sekhu dan terinspirasi dari kisah nyata di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, itu juga diganjar banyak penghargaan, yakni Aktor Terpilih (Ghieffari Ardiyansyah), Aktris Terpilih (Rita Riyani), Poster Terpilih, dan Film Favorit.
“Berawal dari dunia teater, awal teater sekolah namanya ‘Study Teater Bravo’ di SGO N Tegal dengan bimbigan Dr Irawan Haryo Gunadi sekitar tahun 1988-an, “ kata Marjo Klengkam Sulam menuturkan awal ketertarikan dalam dunia penyutradaraan kepada KabareTegal, Rabu (25/12/2019).
Lelaki kelahiran Tegal, 22 Februari 1968, itu membeberkan lebih lanjut kiprahnya dalam penyutradaraan. “Setelah itu, saya masuk Teater RSPD tahun 1989 dan kemudian mencoba membuat naskah sendiri dan belajar menyutradarai sendiri., “ beber alumni SMP N 2 Kramat dan SGO N Tegal.
Terkait nama tambahan ‘Klengkam Sulam’, Marjo mengungkapkan, yaitu tambahan nama Klengkam itu dari Irawan Haryo Gunadi, guru teaternya di SGO N Tegal. “Karena kata Pak Irawan, tampilan saya di panggung, sense humornya manis, dan menggigit kaya permen klengkam. Sedangkan nama Sulam diilhami dari FTV ‘Baju Lebaran untuk Sulam’, nama tokoh utamanya, Sulam dan kemudian nama itu diberikan oleh sutradara M Irhasani, “ paparnya.
Marjo menyebut H.Yono Daryono, sutradara dan aktor dari Tegal, yang paling memotivasi dirinya untuk terjun dalam dunia penyutradaraan. “Saya banyak belajar dari beliau, “ ucapnya mantap.
Selain penyutradaraan, Marjo juga aktif menggeluti YouTube dengan membuat channel ‘Guyon Bocor Alus’ dan ‘Bocor Alus’. “Saya juga membuat panggung hiburan dengan membentuk ‘Dagelan Putra Punduh’ di desa Kepunduhan, Kramat, Tegal, “ ujarnya.
Marjo memandang dunia penyutradaraan pada jaman sekarang semakin ketat kompetisinya. “Apalagi banyak media untuk berkiprah, seperti tv dan medsos, “
Harapan Marjo terjun dalam penyutradaraan bisa menghasilkan karya terbaik. “Obsesi saya tidak muluk-muluk dan tidak berkiblat pada sutradara manapun, pokoknya jadi diri sendiri ajalah, “ tuturnya penuh percaya diri dan mematut pasti tetap semangat dalam mengeluti dunia penyutradaraan.
Adapun, mengenai Desa Sinema Kepunduhan yang dibinanya, Marjo menyampaikan, awal tercetusnya dengan aktor dan aktris dari desa setempat. “Kemudian, Pemerintah desa Kepunduhan, terutama Kepala Desa Kepundihan BapakYudha Kurniawan SH, sangat mendukung, “ tegasnya.
Setelah itu, lanjut Marjo, ia membuat film ‘Sapa Ndisit Oh’, baru gagasan Desa Sinema dimunculkan. “Sekarang Desa Sinema Kepunduhan sudah memproduksi lima film dan kedepannya Desa Sinema Kepunduhan akan membeli perlengkapan produksi film, seperti kamera, sound, lighting, dan alat penunjang lainnya, “ pungkas Marjo Klengkam Sulam sumringah.