Retno Ratih Damayanti Anggap Virus Corona Seperti Hadapi Perang Dunia 3 dengan Musuh Tak Terlihat

Dampak Corona Virus Disaese 2019 (Covid 19) memang sangat terasa di segala sisi kehidupan, termasuk juga dalam dunia perfilman. Demikian dirasakan Retno Ratih Damayanti, seorang penata busana dan penata rias di banyak produksi film Indonesia yang kini terpaksa harus dihentikan karena dampak virus yang sangat mematikan tersebut. Bahkan ia berpandangan virus corona ini seperti menghadapi Perang Dunia 3 dengan musuh tak terlihat, betapa sungguh berat bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini.

 

Nama Retno Ratih Damayanti mungkin di mata masyarakat belum banyak dikenal. Tapi di kalangan pecinta dan pengamat film Indonesia, ia sosok yang cukup disegani. Ia langganan penghargaan Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI). Sebuah ajang penghargaan perfilman paling prestisius di Tanah Air. Ia telah berhasil meraih empat Piala Citra untuk kategori Penata Busana Terbaik.

 

“Pengalaman yang saya dapat selama stay at home, yang jelas jadi punya banyak waktu buat baca buku, nungguin anak, dan ada waktu belajar lagi kostum film dengan nonton banyak film,” kata Retno Ratih Damayanti menuturkan pengalamannya selama stay at home di masa darurat Corona, Selasa (28/4/2020)

 

Perempuan kelahiran Yogyakarta, 19 April 1972 itu lebih lanjut menerangkan pandangannya tentang virus corona. “Ini seperti menghadapi Perang Dunia 3 dengan musuh tak terlihat, berat pasti buat seluruh umat manusia, tapi ada beberapa hal menarik yang terjadi pada alam, misalnya polusi yang menurun, gunung-gunung sekarang terlihat dari kota, semacam alam melakukan purifikasi setelah sekian lama dieksploitasi manusia, “ terang lulusan Sastra Perancis Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini.

 

Menyikapi virus corona, menurut Retno yang utama adalah daya tahan tubuh yang harus ditingkatkan. “Kalau ini bakal terjadi lama karena anti virusnya belum ditemukan, hanya antibody lawannya, dan relax ngadepinya mau gimana lagi, “ bebernya.

 

Saat ditanya, apa yang dilakukan agar terhindar dari virus Corona? Dengan tenang, Retno memberikan jawaban, “Cara ngadepinya ya stay di rumah saja, nyoba makan sehat sekarang, kadang-kadang olahraga buat daya tahan tubuh.”

 

Pesan Retno terhadap warga masyarakat, sebaiknya meminimalisir keluar rumah, kecuali memang harus bekerja atau keperluan yang lain seperti belanja makanan, tapi sesedikit mungkin keluar rumah, saatnya punya hobi membaca, seperti konon orang-orang Eropa yang tinggalnya di daerah-daerah dingin biasa menghabiskan waktu dengan membaca, katanya selama musim dingin berlangsung berbulan-bulan. “Ini sebetulnya tidak mudah karena banyak masyarakat gak mampu bahkan untuk membeli buku, kalau saja ada banyak perpustakaan di negeri kita ya, “ paparnya penuh pengharapan.

 

Retno terpanggil untuk membantu warga masyarakat kurang mampu yang stay at home terdampak Corona. “Kami sekeluarga semampu kami memberi bantuan sembako di beberapa instansi misalnya rumah yatim dan jompo, juga masjid untuk dibagi-bagikan, “ ujarnya.

 

Pendapat Retno mengenai penanganan pemerintah sekarang dalan menangani Corona. “Yang saya tahu banyak bantuan-bantuan yang datang lebih karena inisiatif warga atau sekumpulan komunitas-komunitas ya, yang dari pemerintah saya belum lihat, “ tegas Retno.

 

Adapun, penanganan yang terbaik, Retno mengaku tidak tahu penangan terbaiknya seharusnya bagaimana, tapi misalnya seperti dirinya yang profesinya sebagai crew film harus stop sama sekali, artinya tidak ada pemasukan sama sekali, dan ia juga yakin banyak profesi yang mengalami seperti ini. “Bantuan-bantuan sembako buat saya tidak terlalu membantu, di Jepang atau Jerman mereka mengirimi uang untuk para pekerja yang terpaksa nganggur, ya ini harapan saja, tapi sekali lagi saya tahu ini berat buat pemerintah juga, kalau di masyarakat mungkin mulai bisa dilakukan sistim jual beli dengan barter barang seperti jaman dulu ketika uang tidak didapat, “ pungkas Retno sumringah.

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :