Kisah Inspiratif Jaka Nyong Pencipta Lagu Tegalan ‘Warmad Hajatan’

Dunia entertainment melahirkan talenta berbakat seperti Jaka Nyong yang sekarang sedang populer dengan Lagu Tegalan ‘Warmad Hajatan’. Sebuah lagu yang terinspirasi dari kejadan yang sangat aktual di tengah masyarakat.

 

Daerah yang terkenal Bahasa Ngapak itu memang selalu melahirkan orang hebat, yang tumbuh jadi penerus para musisi Tegal yang sudah lebih dulu terkenal dengan lagu­lagu Tegalan yaitu Najeeb Bahresy, Dhimas Riyanto, Imam Joend Galawi, dan lain­lain.

 

“Mengingat kejadian kemarin yang sangat viral di Tegal, saya plesetkan nama orangnya menjadi Warmad, isi cerita dalam lagu hampir sama menceritakan tentang kejadian di lapangan, namun tidak ada unsur moyoki atau memojokkan orang tersebut, melainkan hanya terinspirasi dari beliau,” kata Jaka Nyong menuturkan proses kreatif penulisan Lagu Tegalan ‘Warmad Hajatan’ kepada KabareTegal, Rabu (21/10/2020).

 

Lebih lanjut, Jaka Nyong menerangkan dirinya mulai menggeluti dunia nyanyi. “Saya nyanyi dari masih sekolah di MTS, kala itu masih nyanyi Gambusan dan Terbangan Jawa, Tahun 2006 saya sudah mulai nyanyi di panggung organ tunggal, sebagai MC acara hajatan,

Tahun 2008 saya mulai nyanyi Tegalan, lagu tersebut di antaranya Critane Kanca, Yu Ipah, Sakinah, Los Pan Pora. Keempat lagu tersebut cptaan Dhimas Riyanto. Dan, di tahun 2019 saya mulai berkarir menciptakan Lagu Tegalan sendiri, “ terangnya.

 

Jaka Nyong menyebut sudah enam lagu yang ia ciptakan, yaitu Bujang Kapiran (2019),  Burak Rantak (2020), Semblotongan (2020), Mendem Ciu (2020), Warmad Hajatan yang dinyanyikan oleh saya semua. Sedangkan yang keenam Nganggur Maning dinyanyikan Giman Angga (penyanyi Brebes).

 

“Dan insya Allah tahun ini ada 3 ciptaan saya yang akan launching diantaranya Duda Ditinggal Mati, Yu Bawon, Belih Kere. Mudah­mudahan tidak ada halangan, “ paparnya.

 

Orang yang mendorong dan memotivasi Jaka menggeluti dunia nyanyi, tentunya abahnya M. Nursalim, ibunya Susweni, Dhimas Riyanto, Imam Joend Galawi, Ki Carito Dalang dan masih banyak lagi teman­ teman yang suppot dirinya untuk berkarya melalui Lagu Tegalan.

 

“Tambahan, yang mensupotnya Paul Simul dan Mas Anto Tejo sebagai arranger (penata musik), “ ungkapnya bangga.

 

Suka duka Jaka dalam menggeluti dunia nyanyi. “Sukanya saya bisa berbuat sesuatu untuk Tegal tercinta melalui lagu. Dukanya ketika saya punya kendala financial untuk berkarya

 

Motivasi Jaka, Aja gemede ketika dialem, aja buncret ketika dipoyoki. Jangan besar hati ketika dipuji, jangan lemah ketika dihina

 

Pengalaman Jaka yang paling berkesan selama menggeluti dunia nyanyi ketika lagunya bisa dinikmati semua orang, khususnya warga Tegal dan bahagia sekali ketika lagunya bisa didengar di radio­radio Tegal. “Dan yang paling berkesan ketika saya bisa manggung sama Mas Imam Joend Galawi di Taman Rakyat pada 20 Agustus 2020 di acara Simulasi dan Sosialiasi Hiburan ala Pandemi Covid, “ bebernya

 

Harapan Jaka Nyong ke depan dalam menggeluti dunia nyanyi ingin bisa eksis selagi ia masih mampu. Sedangkan, harapannya ke depan terhadap Lagu Tegalan. “Mudah­mudahan bisa diikuti semua penyanyi yang ada di Tegal bisa berkarya bersama dengan lagu­ lagu Tegalan untuk melestarikan budaya dan bahasa daerah Tegal, “ tegasnya.

 

Pandangan Jaka mengenai dunia kesenian dii Tegal. Baginya, seni adalah bagian dari budaya dan sudah menjadi bagian dari Perjalanan hidupnya. “Sebagai warga Tegal, saya lahir di Tegal, cari rezeki di Tegal dan mungkin saya mati juga di Tegal sudah sewajibnya saya sebagai pelaku seni memberikan sesuatu untuk Tegal, dengan karya­ karya saya melalui Lagu Tegalan, “ pungkasnya sumringah.

 

About AKHMAD SEKHU

Akhmad Sekhu, wartawan dan juga sastrawan. Buku puisinya: Penyeberangan ke Masa Depan (1997), Cakrawala Menjelang (2000). Sedangkan, novelnya: Jejak Gelisah (2005), Chemistry (2018), Pocinta (2021)

View all posts by AKHMAD SEKHU →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *




Enter Captcha Here :